BI Pertahankan Suku Bunga 6,35 Persen di Tengah Ketidakpastian Pasar Keuangan
Uang dolar AS dan uang rupiah, Jakarta, Selasa (31/1/2023). ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom/aa. (ANTARA FOTO/RENO ESNIR)
MerahPutih.com - Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 6,25 persen, suku bunga deposit facility tetap sebesar 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 7 persen di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
BI memperkirakan ekonomi global tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, yakni mencapai 3,2 persen pada 2024 atau lebih tinggi dari perkiraan awal terutama dengan lebih baiknya pertumbuhan India dan Tiongkok.
Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan, ekonomi Amerika Serikat tumbuh kuat ditopang oleh perbaikan permintaan domestik dan peningkatan ekspor dengan penurunan inflasi yang masih berjalan lambat.
"Kondisi ini mendorong Fed Funds Rate diperkirakan baru akan turun pada akhir tahun 2024," ujarnya.
Baca juga:
Nilai Tukar Rupiah Berada di Level Terendah Sejak April 2020
Sementara itu, European Central Bank telah menurunkan suku bunga kebijakan moneternya lebih cepat sejalan dengan tekanan inflasi yang lebih rendah.
"Divergensi kebijakan moneter negara maju tersebut dan masih tingginya ketegangan geopolitik menyebabkan ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi," katanya. (*)
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
BI Rate Sudah Turun Tapi Bunga Kredit Bank Lambat Turun
Inflasi Diklaim Terkendali, Rupiah Menguat
Pemerintah AS Bakal Shutdown, Rupiah Diproyeksi Menguat
Pemerintah Tempatkan Duit Rp 200 Triliun di Bank, Rasio Kredit Membaik
Tren Pelemahan Rupiah Berlanjut, Masalah Fiskal dan Politik Jadi Pemicu
Pasar Melemah dan Rupiah Bisa Capai Rp 16.500 Per Dolar AS, Airlangga Minta Investor Tetap Tenang
Langkah BI Stabilkan Rupiah di Tengah Ketegangan Aksi Demo
BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5 Persen, Rupiah Sulit Untuk Turun ke Rp 16.000 per Dollar AS
Pedagang Tolak Transaksi Uang Logam Rp 100 dan Rp 200 Bisa Dipidana, BI Sebut Hukumannya 1 Tahun Bui
Kebijakan Bank Sentral AS Bikin Rupiah Melemah, Tarif Trump Bakal Dorong Inflasi