Berdamai dengan Morning Sick Selama Masa Kehamilan


Melewati proses kehamilan dengan nyaman (Foto: Pexels/lucas mendes)
KEHAMILAN adalah sebuah keajaiban yang begitu disyukuri. Namun, keajaiban terbesar pun dapat muncul dengan sejumlah efek samping yang kurang menyenangkan. Entah itu kehamilan pertama atau ketiga, menjadi ibu hamil bukanlah hal yang mudah. Kehamilan membutuhkan kerja keras. Mulai dari morning sickness, heartburn, kram otot, dan lain-lain adalah hal yang muncul seiring dengan perubahan tubuh dan hormon.
Seolah itu tidak cukup menjadi alasan para calon ibu untuk berjuang, gangguan psikologis turut menggelayuti para ibu yang hamil di masa pandemi. Tidak dapat dipungkiri, pandemi mengubah apa yang seharusnya menjadi waktu yang menyenangkan bagi ibu hamil menjadi pengalaman yang penuh stres. Mengapa demikian?
Baca Juga:

Survei yang dilakukan oleh Washington State University menemukan, adanya ketakutan bahwa bayi mereka mungkin tertular COVID-19 adalah salah satu alasan utama tingkat kecemasan melonjak. Hasil analisis para peneliti terhadap lebih dari 160 wanita hamil dan pascapersalinan (mereka yang baru saja melahirkan) dari 28 April hingga 30 Juni 2020 menunjukkan bahwa 52% ibu hamil dan 49% ibu nifas khawatir bayi mereka tertular COVID-19. Sementara 46% mencari informasi tambahan tentang protokol COVID-19 dari rumah sakit tempat mereka berencana untuk melahirkan.
Gangguan psikologis memperbesar peluang gangguan pada tubuh terutama pencernaan para ibu muda yang sedang hamil. Yayasan Gastroenterologi Indonesia menyebut beberapa gangguan psikis menimbulkan gejala pada proses pencernaan.
Gangguan pencernaan yang biasa terjadi pada ibu hamil yang stres adalah dispepsia fungsional. Dispepsia fungsional merupakan rasa tidak nyaman pada ulu hati karena adanya luka pada saluran cerna bagian atas yang menahun. Gejala dispepsia antara lain nyeri dan rasa terbakar pada ulu hati, mual, dan muntah yang hilang dan timbul. Pada ibu hamil, gejala mual dan muntah biasanya terjadi di pagi hari atau morning sick.
Ini dirasakan oleh ibu muda bernama Aisha (bukan nama sebenarnya). Kehadiran anak pertama yang sejatinya disambut dengan penuh suka cita justru berubah menjadi mimpi buruk. Dirinya merasakan tekanan psikologis lantaran kesulitan mencari rumah sakit untuk kontrol kandungan. Ia terlalu was-was berkunjung ke rumah sakit umum mengingat kala itu angka kejadian COVID-19 sedang tinggi. Di sisi lain, Aisha cukup kesulitan menemukan rumah sakit khusus ibu dan anak di daerahnya.
Tekanan psikologis yang ia rasakan semasa hamil di trimester pertama tersebut justru menimbulkan morning sick super hebat karena gejala dispepsia. Tidak ada satu pun makanan yang berhasil masuk ke dalam lambungnya dalam porsi normal. Semua akan dimuntahkannya kembali.
Suara muntahnya kemudian menjadi 'alarm' yang membangunkan suaminya di pagi hari. Kantung kresek menjadi teman yang selalu ada di sampingnya. Aroma masakan yang menyeruak juga berhasil membuat isi makanan yang ada di lambungnya pindah ke luar. Alhasil, opname menjadi satu-satunya pilihan bijaksana yang harus ia ambil supaya tidak membahayakan janin di kandungannya.
Baca Juga:

Supaya melewati kehamilan dengan damai tanpa harus mual dan muntah (apalagi masuk ke rumah sakit), ada sejumlah hal yang bisa membantu untuk meredakan sensasi dada terbakar selama masa kehamilan. Untuk mengurangi gejala dispepsia, satu sendok makan madu yang dicampur dengan susu hangat dapat meredakan rasa sakit.
Selain itu, mengurangi pemicu stres harus dilakukan. Caranya, dengan rutin melakukan yoga dan jalan-jalan di pagi hari. Tentunya semua dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Penting juga untuk menyampaikan uneg-uneg di hati kepada suami supaya hati menjadi lebih lega.
Lolos dari rasa ketidaknyamanan di trimester pertama bukan berarti bisa menjalani kehamilan bebas hambatan. Memasuki trimester kedua dan ketiga, ukuran janin berkembang dengan pesat. Aisha dan banyak wanita hamil mengalami rasa sakit yang tiba-tiba dan tajam pada kaki yang biasanya terjadi pada malam hari.
Berdasarkan informasi yang dilansir dari 5 Minutes Craft, penyebab sakit di kaki pada malam hari bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari kekurangan vitamin hingga perubahan metabolisme dapat menyebabkan kram yang menyakitkan ini. Untuk menghilangkan sensasi yang tidak menyenangkan ini, tambahkan pisang ke dalam menu makanan harianmu. Selain sebagai camilan yang sangat sehat, pisang juga mengandung potasium, magnesium, dan kalsium, nutrisi penting yang dapat membantu meredakan kram otot.
Tetap terhidrasi sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan kita secara keseluruhan, tetapi ini sangat penting selama kehamilan. Air membantu memperlancar pencernaan. Ini juga membantu membentuk cairan ketuban di sekitar janin. Dokter menyarankan ibu hamil untuk minum 8 hingga 12 cangkir sehari. Jika terus lupa minum cukup air, belilah botol yang dapat digunakan kembali dengan pengingat yang akan menarik perhatianmu dan memotivasimu untuk minum lebih banyak air. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
