Berada dalam Kerumunan Bisa Sebabkan Kekurangan Oksigen


Menyebabkan tidak bisa bernapas dengan baik. (Foto: Unsplash/John Cameron)
KERUMUNAN bisa memberikan dampak negatif bagi kesehatan tubuh kamu. Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr. Vito Anggarino Damay, Sp.JP, menjelaskan bahwa orang-orang berdesakan dalam kerumunan dapat kekurangan oksigen hingga henti jantung.
Dilansir laman ANTARA, Vito mengatakan ketika orang-orang berada dalam kerumunan dan berdesakan dengan orang lain, maka napasnya menjadi kurang lega dan ada risiko dada terhimpit, sehingga menyebabkan tidak bisa bernapas dengan baik. "Oksigen akhirnya terganggu. Tubuh mengalami kekurangan oksigen," kata Vito.
Hal ini, sambungnya, diperparah dengan situasi yang tidak terkendali, sehingga ketegangan dan adrenalin muncul. Menurut Vito, karbon dioksida lebih banyak pada situasi ini dan membuat pembuluh darah menjadi kuncup. Akibatnya, oksigen tidak bisa terhantar dengan baik karena fungsi jantung sebagai pompa pembuluh darah dan penghantar oksigen juga mengalami kekurangan oksigen.
Baca juga:
Korsel Tetapkan Masa Berkabung Nasional Atas Tragedi Pesta Helloween di Itaewon

"Bayangkan jantung sebagai pompanya saja tidak dapat oksigen juga. Inilah yang menyebabkan terjadinya henti jantung," tutur Vito.
Menurut Vito, henti jantung karena hipoksia atau kekurangan oksigen dalam sel otot jantung menyebabkan terjadinya detak jantung semakin lambat, bahkan asistol atau henti jantung dengan tidak adanya detak jantung. Tanda awal hipoksia yang dapat dikenali antara lain pusing, sesak, mata berkunang-kunang, keringat dingin, dan lemas.
Namun, ia mengingatkan ketika hipoksia terjadi dalam waktu enam menit maka kerusakan sel otak permanen bisa terjadi. Ia mengatakan salah satu cara menolong mereka dengan kondisi henti jantung ialah melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP), yang dikenal sebagai pijat jantung.
Baca juga:

Untuk melakukan CPR, seseorang tak perlu menunggu korban batuk, namun bisa saat ia bernapas tidak normal misalnya gasping atau mengap-mengap.
Untuk melakukan CPR, pertama letakkan di permukaan yang rata dan keras. Setelah itu, ekspos dadanya tekan bagian tengahnya dengan ujung telapak tangan. Kaitkan satu tangan di atas tangan lainnya, lalu lakukan pijat (tekan) dengan cepat dan keras, 100 kali per menit.
Sebelumnya, sekitar 50 orang mengalami henti jantung dan mendapatkan CPR setelah berdesakan di kerumunan area Itaewon, Seoul, Korea Selatan saat pesta Halloween. Menurut Yonhap, tim cepat tanggap menerima sedikitnya 81 panggilan dari orang-orang di Itaweon yang mengaku mengalami sesak napas. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
