Belajar dari Perang India-Pakistan, Indonesia Didesak Tentukan Sikap di Tengah Polarisasi Geopolitik Global
Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI-Parlemen Palestina, Syahrul Aidi Maazat (DPR RO)
Merahputih.com - Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI-Parlemen Palestina, Syahrul Aidi Maazat, menyoroti bahwa konflik terkini antara India dan Pakistan mengindikasikan adanya perubahan peta kekuatan global, terutama dalam ranah teknologi persenjataan.
“Kita melihat dari hasil perang itu, ada kemenangan di pihak Pakistan, dan kemenangan itu didukung oleh kekuatan teknologi yang berasal dari China,” ujar Syahrul, Jumat (16//5).
Syahrul mengungkapkan bahwa kemenangan Pakistan dalam perang tersebut didukung oleh superioritas teknologi militer dari Tiongkok. Sebaliknya, India mengalami kekalahan meskipun menggunakan alutsista dari Amerika Serikat dan Rusia.
Menyikapi hal ini, Syahrul mendesak Indonesia untuk mempertimbangkan sumber-sumber persenjataan alternatif, termasuk dari Tiongkok. Langkah ini dianggap penting untuk memperkuat posisi tawar dan pertahanan nasional Indonesia di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dunia.
Baca juga:
Pengusaha Minta Indonesia Tiru India atau Filipina Dalam Terapkan Sistem Outsourcing
Ia menekankan bahwa dalam konfigurasi geopolitik yang semakin terpolarisasi, Indonesia perlu mengambil sikap yang strategis.
Syahrul mengamati bahwa Pakistan mendapatkan dukungan dari Tiongkok dan Rusia, sementara India didukung oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Menurutnya, Indonesia tidak dapat lagi mempertahankan posisi netral tanpa arah yang jelas, melainkan harus merumuskan strategi yang cerdas dalam menentukan sikap.
Lebih lanjut, Syahrul menilai bahwa meskipun kebijakan politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif, yang membatasi keterbukaan dalam menunjukkan posisi, Indonesia perlu mencari cara agar memiliki daya tawar kerja sama yang kuat, baik dengan Tiongkok maupun Amerika Serikat. Ia mencontohkan Arab Saudi yang memiliki hubungan kuat dengan kedua negara tersebut, sehingga meningkatkan posisi tawarnya.
Syahrul memperingatkan bahwa jika Indonesia tidak mengambil langkah strategis, posisinya akan menjadi lemah dan hanya bergantung pada kekuatan besar. Ia menekankan bahwa sebuah negara akan dihormati ketika keberadaannya dibutuhkan oleh banyak negara lain.
Baca juga:
Tak Cepat Diselamatkan, WNI Berpotensi Ikut jadi Korban Konflik Pakistan vs India
Oleh karena itu, Syahrul berpendapat bahwa Indonesia perlu memperkuat sektor-sektor lain selain alutsista. Ia menyoroti kemandirian Tiongkok dalam produksi berbagai kebutuhan, termasuk pangan, di samping teknologi militernya yang canggih. Ia mengapresiasi langkah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam memajukan kemandirian pangan Indonesia.
Syahrul menjelaskan visinya bahwa jika Indonesia mampu memproduksi kebutuhan konsumsinya sendiri, maka Indonesia akan mandiri. Lebih jauh lagi, jika Indonesia mampu memproduksi apa yang dikonsumsi oleh negara lain, maka Indonesia akan menjadi negara yang maju dan memiliki pengaruh.
Mengakhiri pernyataannya, Syahrul menegaskan bahwa Indonesia perlu memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya secara mandiri, selain membangun aliansi politik dan kekuatan militer. Ia menyimpulkan bahwa ada tiga sektor krusial yang perlu diproduksi secara mandiri, yaitu pangan, obat-obatan, dan senjata.
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
ID Food Berencana Gadaikan Aset, DPR: Jaminan Pinjaman harus Opsi Terakhir, bukan Pilihan Utama
DPR Sentil Kemenkeu Buntut Defisit APBN Bengkak Jadi Rp 479,7 Triliun
Pesawat Tempur India Jatuh Saat Dubai Airshow, Pilot Tewas di Tempat
AI Bisa Ganggu Sistem Pemilu dan Sebarkan Hoaks, DPR RI Dorong Pengaturan Transparansi Algoritma yang Kuat
Kekerasan dan Perundungan di Sekolah Diharap Jadi Alasan Kuat Perlindungan Guru Masuk Revisi UU Sisdiknas
BNN dan Polda Metro Jaya Didorong Perkuat Pengetatan Jalur Udara dan Tempat Hiburan Malam, Target Utama Sindikat Narkoba
Aria Bima Ingatkan Mahasiswa Penggugat UU MD3 Soal Sistem Pengambilan Keputusan di Lembaga Legislatif
Bongkar Kasus Pinjol Ilegal yang Jerat Ratusan Nasabah, Komisi III DPR Desak Polisi Usut Kasus Lain
Prioritas RUU Sisdiknas, DPR Tegaskan Pesantren, Kiai Hingga Ustaz Wajib Masuk dalam Aturan Sistem Pendidikan Nasional
Rhoma Irama di RDPU Baleg DPR: Indonesia Kaya Seni, Tapi Pemerintah Belum Hadir Optimal