Begini Penjelasan Gelombang Panas Bisa Timbulkan Risiko Kematian

Frengky AruanFrengky Aruan - Jumat, 21 Juni 2024
Begini Penjelasan Gelombang Panas Bisa Timbulkan Risiko Kematian

Ilustrasi gelombang panas. (Dok. Istockphoto)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Gelombang panas merupakan salah satu bencana alam yang paling berbahaya, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Tahun haji kali ini, diketahui berdasarkan data Kementerian Luar Negeri Arab Saudi sebanyak 562 orang jemaah haji meninggal karena gelombang panas.

Lantas mengapa gelombang panas ini bisa begitu berbahaya bagi tubuh? Melansir data dari World Health Organization (WHO) gelombang panas menimbulkan korban jiwa sebanyak lebih dari 166.000 orang dari tahun 1998-2017.

Kendati angka kematian yang disumbang cukup tinggi, namun menurut WHO, gelombang panas masih kurang mendapatkan perhatian karena jumlah korban jiwa dan kerusakan yang diakibatkannya tidak selalu terlihat jelas.

WHO menyebutkan bahwa orang lanjut usia dengan riwayat penyakit dan anak-anak berisiko tinggi mengalami kematian karena gelombang panas ini. Dijelaskan bahwa panas menyebabkan dehidrasi parah, kecelakaan serebrovaskular akut, dan berkontribusi terhadap trombogenesis (pembekuan darah).

Baca juga:

Gelombang Panas Tewaskan 77 Orang di India

Orang dengan penyakit kronis yang mengkonsumsi obat setiap hari memiliki risiko komplikasi dan kematian yang lebih besar selama gelombang panas, begitu pula orang lanjut usia dan anak-anak.

Adapun gelombang panas mempengaruhi kondisi Kesehatan tubuh di antaranya jumlah panas yang disimpan dalam tubuh manusia ditentukan oleh kombinasi dari ketidakmampuan untuk menghilangkan panas yang dihasilkan secara internal dari proses metabolisme, karena tekanan panas lingkungan misalnya, suhu tinggi, kelembaban tinggi, angin rendah, radiasi termal tinggi, lalu ada pakaian menjadi penghalang hilangnya panas, perolehan panas eksternal dari lingkungan.

Ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhu internal dan menghilangkan perolehan panas dalam kondisi seperti itu meningkatkan risiko kelelahan akibat panas dan sengatan panas. Tubuh yang mencoba mendinginkan mengalami ketegangan, berujung memberikan tekanan pada jantung dan ginjal. Akibatnya, panas ekstrem dapat memperburuk risiko kesehatan akibat kondisi kronis kondisi terkait kardiovaskular, mental, pernapasan, dan diabetes, dan menyebabkan cedera ginjal akut.

Cuaca panas ekstrem terjadi dengan cepat menyebabkan risiko kematian dan rawat maka harus ditangani segera ketika peringatan panas dikeluarkan.(Tka)

#Gelombang Panas #WHO
Bagikan
Ditulis Oleh

Tika Ayu

Berita Terkait

Indonesia
Jangan Sampai Pingsan! Air Mineral Bisa Jadi Penyelamat Warga dari Panas Ekstem Jakarta
Jika mengalami gejala seperti pusing atau lemah, disarankan untuk segera beristirahat
Angga Yudha Pratama - Kamis, 16 Oktober 2025
Jangan Sampai Pingsan! Air Mineral Bisa Jadi Penyelamat Warga dari Panas Ekstem Jakarta
Indonesia
ISPA Jakarta Meledak Hampir 2 Juta Kasus, Dinkes Ungkap Biang Keladi Selain Polusi
Dinkes DKI Jakarta mengimbau masyarakat untuk senantiasa menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Angga Yudha Pratama - Kamis, 16 Oktober 2025
ISPA Jakarta Meledak Hampir 2 Juta Kasus, Dinkes Ungkap Biang Keladi Selain Polusi
Indonesia
Jakarta Panasnya Minta Ampun, Ahli WHO Desak Pemprov DKI Pasang Keran Air Gratis
Penyediaan fasilitas air minum ini bertujuan untuk memastikan setiap warga Jakarta dapat memenuhi kebutuhan cairan harian
Angga Yudha Pratama - Kamis, 16 Oktober 2025
Jakarta Panasnya Minta Ampun, Ahli WHO Desak Pemprov DKI Pasang Keran Air Gratis
Berita
Cukai Rokok Tak Naik 2026: Antara Kepentingan Ekonomi dan Ancaman Kesehatan Publik
Pemerintah tidak menaikkan cukai rokok di 2026. Keputusan ini menuai protes karena dinilai mengorbankan kesehatan publik demi industri. Simak data dan analisis lengkapnya di sini.
ImanK - Selasa, 30 September 2025
Cukai Rokok Tak Naik 2026: Antara Kepentingan Ekonomi dan Ancaman Kesehatan Publik
Indonesia
Ribuan Anak Terancam Otak Keropos Akibat Cacingan! Pahami 4 Langkah Mudah Lindungi Buah Hati dengan Konsep WASHED
Per 2021, masih ada 26 kabupaten dan kota dengan prevalensi kecacingan di atas 10%.
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Ribuan Anak Terancam Otak Keropos Akibat Cacingan! Pahami 4 Langkah Mudah Lindungi Buah Hati dengan Konsep WASHED
Dunia
Yunani Berjuang Tanggulangi Kebakaran Hutan, Gelombang Panas masih Menyapu Eropa Selatan
Dalam 24 jam terakhir saja, lebih dari 152 kebakaran baru terjadi di seluruh wilayah Yunani.
Dwi Astarini - Kamis, 14 Agustus 2025
 Yunani Berjuang Tanggulangi Kebakaran Hutan, Gelombang Panas masih Menyapu Eropa Selatan
Dunia
Survei C3S: Juni 2025 Bulan Terpanas Ketiga dalam Sejarah
"Tren jangka panjang terkait meningkatnya suhu samudra terlihat jelas secara global."
Wisnu Cipto - Rabu, 09 Juli 2025
Survei C3S: Juni 2025 Bulan Terpanas Ketiga dalam Sejarah
Dunia
Kebakaran Hutan Mengamuk dekat Marseille, Prancis, Lebih dari 100 Orang Terluka
Sedikitnya 400 orang dievakuasi dari rumah mereka.
Dwi Astarini - Rabu, 09 Juli 2025
 Kebakaran Hutan Mengamuk dekat Marseille, Prancis, Lebih dari 100 Orang Terluka
Dunia
Gelombang Panas Parah Landa Eropa Selatan, Risiko Kebakaran Hutan dan Kematian Meningkat
Para ahli mengaitkan meningkatnya frekuensi dan intensitas gelombang panas ini dengan perubahan iklim.
Dwi Astarini - Senin, 30 Juni 2025
Gelombang Panas Parah Landa Eropa Selatan, Risiko Kebakaran Hutan dan Kematian Meningkat
Dunia
Perkuat Pencegahan dan Respons Pandemi, WHO Adopsi Kesepakatan Global Pertama
Perjanjian tersebut akan memperkuat kemampuan kolektif dunia dalam mencegah dan merespons pandemi di masa depan.
Dwi Astarini - Rabu, 21 Mei 2025
Perkuat Pencegahan dan Respons Pandemi, WHO Adopsi Kesepakatan Global Pertama
Bagikan