Beban Berat Tenaga Medis Hingga Ancaman Kelalahan Tangani Pasien COVID-19

Ilustrasi tenaga medis (Foto: Pixabay/OrnaW)
Merahputih.com - Tenaga medis yang menangani pasien COVID-19 secara langsung banyak yang kelelahan karena mereka harus bekerja terus-menerus akibat kasus positif meningkat. Sehingga dibutuhkan peran masyarakat dalam meminimalkan penularan dengan mematuhi protokol kesehatan.
Kepala Bidang Koordinator Relawan Medis Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Jossep F William menyampaikan, relawan tenaga kesehatan yang berada di puskesmas ataupun rumah sakit mengalami keletihan dan bahkan kehabisan sumber daya manusia kesehatan cadangan.
Baca Juga:
Gugur Dokter Karena COVID-19
Jossep menyebutkan, pihaknya kembali berkomunikasi pada organisasi profesi baik dokter ataupun perawat agar bisa menambah jumlah sumber daya manusia (SDM) yang dikirim untuk penanganan pasien.
"Kita upayakan untuk tetap semangat karena kelihatannya ini masih panjang, masih terus meningkat dan belum ada tanda-tanda penurunan. Kami bekerja sama dengan organisasi profesi seperti IDI, PPNI dan lainnya untuk menyiapkan tenaga yang dibutuhkan di RS darurat," kata Jossep dalam keterangannya melalui telekonferensi kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/9).
Saat ini tenaga kesehatan perawat dan bidan masih cukup tersedia yakni sekitar 2.000 orang. Namun untuk tenaga dokter mulai kekurangan.

Untuk mengantisipasi kurangnya tenaga medis tersebut, Satgas Penanganan COVID-19 mempertimbangkan untuk merekrut dokter internship dengan tetap didampingi oleh mereka yang berpengalaman.
"Tenaga medis relawan sepekan terakhir ini sangat sibuk, ambulans hampir setiap hari sangat sibuk dan penuh sekali. Ambulans yang mentransfer mereka yang positif di Wisma Atlet, kami berlakukan antrean sehingga tidak bisa langsung jemput," kata Jossep.
Kondisi sistem pelayanan kesehatan saat ini memang masih mampu untuk melayani pasien dengan kasus COVID-19. Namun, hal ini bukan berarti kapasitas yang tersedia tidak terbatas.
Meski pemerintah berupaya meningkatkan ruang isolasi untuk perawatan, kebutuhan dalam pelayanan kesehatan juga harus ditunjang dengan alat kesehatan serta sumber daya manusia yang mumpuni.
Sementara menambah jumlah sumber daya manusia seperti dokter dan perawat membutuhkan proses dan waktu yang tidak singkat.
Baca Juga:
Pasien OTG Mulai Huni Tower 4 Wisma Atlet
Saat ini, koordinasi bersama organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), dilakukan untuk memastikan kecukupan kebutuhan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.
Pihaknya terus berupaya membuat tenaga kesehatan tetap bisa gembira dan semangat menghadapi situasi saat ini. Apalagi, penanganan pasien juga diprediksi masih lama karena semakin masifnya penyebaran COVID-19 di Tanah Air.
"Pekerjaan kita masih panjang, masih belum ada tanda-tanda ada turun, tapi malah naik terus," tutur Jossep. (Knu)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Skandal Nakes di Sukabumi, Puan Maharani Tegaskan Dunia Kesehatan Tak Boleh Ternodai Narkoba

Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

Dugaan Malapratik Amputasi Tangah Bayi Arumi, Majelis Profesi Periksa 89 Tenaga Medis Bima

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin
