Asupan Nutrisi Penting untuk Menunjang Keberhasilan Terapi Kanker


Asupan nutrisi yang baik penting untuk menghindari pasien kanker mengalami malnutrisi sehingga siap menjalankan perawatan. (Foto: Pexels/Ella Olsson)
"KAMU kurusan ya?" jadi salah satu pertanyaan yang sering diajukan pada penyintas kanker. Lesu, muram, dan terbaring lemah dengan rambut menipis jadi beberapa hal yang menggambarkan kondisi mereka yang sedang berjuang melawan penyakit ini. Dan salah satu indikasi yang memang sering terjadi ialah penurunan berat badan drastis akibat pengobatan.
Sampai saat ini, ada tiga tatalaksana dalam mengobati penyakit tersebut, yaitu radioterapi, kemoterapi, dan atau operasi pengangkatan sel kanker. Akan tetapi, ketika melihat lebih dalam, sebenarnya ada sejumlah faktor lain yang menunjang keberhasilan terapi kanker.
Penanganan penyakit ini merupakan kolaborasi multi-disiplin dari beberapa pihak. Jadi bukan hanya tugas dokter onkologi saja, melainkan juga dukungan dari pihak keluarga. Tak hanya itu, satu bentuk terapi suportif yang tak boleh terlewat ialah pemenuhan asupan nutrisi.
Baca Juga:
1. Pentingnya asupan nutrisi

Dalam webinar yang diselenggarakan oleh Persatuan Dokter Gizi Klinisi Indonesia (PDGKI) Cabang DKI Jakarta bersama perusahaan kesehatan global Frsenius Kabis pada Kamis (15/08), dua ahli mengungkapkan alasannya. "Pemenuhan nutrisi pada masa terapi bertujuan untuk menjaga berat badan ideal serta memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi untuk tahap pemulihan dan penyembuhan," ungkap Ketua Umum PDGKI Jaya, dr. Win Johanes MS, Sp.GK.
Dalam jurnal berjudul Penanganan Nutrisi Pada Penderita Kanker, Nunik Kusumawardani juga menyebutkan bahwa nutrisi yang masuk secara seimbang dapat menghambat kemungkinan terjadinya penurunan berat badan dan infeksi lebih lanjut. Akan tetapi, menurut Johanes, hal tersebut tidaklah mudah karena selama menjalankan terapi, ada efek samping yang menyebabkan pasien kesulitan makan.
Sayangnya, berbagai fakta dan mitos yang simpang siur membuat pemahaman masyarakat mengenai pentingnya asupan nustrisi masih cukup minim. Padahal, pemenuhan gizi yang optimal akan menunjang keberhasilan pengobatan kanker.
2. Efek samping terapi kanker

Faktanya, terapi kanker seperti radiasi maupun kemoterapi memang menyebabkan pasien mengalami kesulitan makan. "Saat tubuh pasien tidak dapat mengasup nutrisi dengan baik dan dengan adanya perubahan metabolisme yang disebabkan oleh sel kanker dalam tubuh, maka dapat mengakibatkan kaheksia kanker," jelas dr. Umi Mangesti Tjiptoningsih,
Sp. Onk. Rad.
Kaheksia, menurut European Society for Clinical Nutrition and Metabolism (ESPEN), adalah sindrom yang ditandai dengan penurunan berat badan dan massa otot rangka dengan atau tanpa kehilangan massa lemak yang diakibatkan dari sel kanker maupun pengobatannya. Lebih lanjut, dokter onko radiasi di RS Kanker Dharmais itu menyebutkan bahwa perubahan status nutrisi ini dapat berdampak terhadap terapi yang dijalankan. Pasien jadi perlu mengatur ulang jadwal maupun mendapatkan tambahan dosis pengobatan. Sehingga seolah-olah menjadi seperti lingkaran berantai yang tak pernah putus.
Tidak hanya perubahan metabolisme saja, terapi kanker menimbulkan sejumlah efek samping lain. Mulai dari mual, gangguan menelan, muntah, konstipasi, diare, dan sariawan. Ada pula efek stres emosional dan psikologis karena rasa sakit dan lelah selama menjalani terapi. Hal inilah yang membuat banyak pasien kanker kesulitan makan. Ketika pemenuhan gizi tak cukup, otomatis asupan nutrisi ikut berkurang yang khirnya dapat mengarah pada malnutrisi.
Baca Juga:
3. Malnutrisi pada pasien

Berdasarkan data yang dibagikan oleh pembicara kedua, dr. Ida Gunawan, MS, SpGK(K), kejadian malnutrisi ini nyata adanya. Dari 301 pasien poliklinik di RS Kanker Dharmais, setengahnya mengalami malnutrisi dan berisiko malnutrisi. Sebanyak 30 persen pasien malnutrisi berat, 13 persen lain mengalami malnutrisi sedang, sedangkan tujuh persen sisanya berisiko.
Malnutrisi perlu dihindari karena akan meningkatkan risiko infeksi, menurunkan respon terapi, menggangu fungsi imun tubuh, serta membawa dampak pada fisik dan mental. Oleh sebab itu, ketika pasien masih di tahap awal, asupan gizi yang diberikan harus optimal agar dapat mencegah terjadinya malnutrisi.
Gunawan menyebutkan bahwa sesaat setelah didiagnosis kanker, pasien harus segera melakukan skrining dengan berkonsultasi pada ahli gizi. Tujuannya untuk menilai kondisi nutrisi pasien agar mengetahui asupan makanan yang diperlukan sebelum, selama, dan sesudah terapi agar hasilnya lebih baik.
4. Optimalkan asupan nutrisi

Dalam golden moment atau ketika pasien kanker masih bisa makan dengan baik, pemberian nutrisi yang tepat harus dioptimalkan. Sesuai dengan anjuran ESPEN, mereka perlu mengasup nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi 25-30 kkal/kg berat badan per hari. Serta kebutuhan protein sebesar 1.0-1.5g/kg berat badan per hari. Tak lupa mencukupi EPA (asam lemak omega) sebanyak 1-2 gram per hari.
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien kanker. Menurut Gunawan, diantaranya adalah berkonsultasi dengan ahli gizi, mengikuti kaidah gizi seimbang, serta mengatur 3J (jumlah, jenis, jadwal makan). "Makan sering dalam porsi kecil, variasi menu, hingga memilih makanan sehat yang disukai," kata Gunawan.
Akan tetapi, apabila pasien tidak dapat mengasup makanan sesuai kebutuhan hariannya atau sulit mendapatkan zat gizi EPA, protein, dan energi sesuai anjuran, maka pasien dapat memanfaatkan ONS (oral nutritional supplement). ONS merupakan produk atau makanan yang bermanfaat memberikan energi, protein, dan zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian pasien. Tujuannya demi mempercepat proses penyembuhan, pemulihan penyakit, serta mencegah malnutrisi.
Ketika berhasil mencegah malnutrisi dan menjaga kondisi tubuh yang ideal, hal tersebut bisa membantu pasien agar lebih kuat dalam menjalani perawatannya. Selain itu, nutrisi yang baik turut membantu proses penyembuhan dari efek terapi. Sehingga pada akhirnya proses pengobatan kanker bisa berjalan lebih lancar bagi pasien.
Faktor penyebab terjadinya kanker, menurut Kusumawardani, bersifat multifaktor. Maka keberhasilannya pun membutuhkan dukungan multi-disiplin dari berbagai pihak, baik dari tim dokter maupun dukungan keluarga. Dengan begitu, pasien dapat memiliki kekuatan dan kesehatan prima untuk menjalankan terapinya agar bisa jadi penyintas yang bebas dari sel kanker. (sam)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Daftar Promo 17 Agustus 2025: Diskon Spesial Kemerdekaan dari Minuman, Makanan, hingga Fashion!

Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie

Kate Middleton Kunjungi Taman Kesehatan, Curhat ke Pasien Kanker tentang Beratnya Masa Pemulihan

Yogurt Bisa Jadi Solusi Camilan Sehat untuk Si Kecil, Asal Rendah Gula

Survei IPO: Kinerja Presiden Prabowo Subianto Dinilai Memuaskan, Program MBG Unggul di Mata Publik

Ayam Goreng Widuran Jadi Sorotan Soal Isu Nonhalal, Kemenag Solo: Pelaku Usaha Harus Tunduk Aturan

Eks Presiden AS Joe Biden Didiagnosis Kanker Prostat, Agresif Menyebar ke Tulang

Pemerintah Tarik 9 Produk Pangan Olahan Terdeteksi Mengandung Unsur Babi

Korban Keracunan Makanan Acara halal bihalal di Klaten Terus Bertambah, 44 Orang Masih Dirawat

Pasien Kanker Darah Tak Perlu ke Singapura, Kini Cangkok Sumsum Tulang Bisa di RS Kariadi Semarang
