Apa Itu Midlife-Crisis?
Biasanya melibatkan tindakan impulsif. (Foto Pixabay/congerdesign)
KETIKA melihat sosok pria paruh baya yang mengendarai mobil sports di jalanan, mungkin dalam hati kamu akan berkata, "ah, sepertinya ia sedang mengalami mid-life crisis." Atau, bisa jadi kamu melihat seorang perempuan paruh baya yang secara tiba-tiba mengganti penampilan atau gaya rambutnya dan mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan sosial atau pergi traveling.
Perubahan perilaku dan gaya hidup yang drastis oleh orang-orang yang berusia 45 sampai 65 tahun sering dicap sebagai krisis di pertengahan tahun atau mid-life crisis.
Dikutip dari NeuroSpa TMS Therapy Centers, gejala dari mid-life crisis antara lain merasa hidup belum lengkap, dihantui kenangan masa lalu yang intens, merasa bosan, hampa, hidup seolah tidak berarti, serta sering melakukan tindakan yang impulsif dan terburu-buru. Mid-life crisis juga ditandai dengan perubahan dramatis dalam perilaku dan penampilan, terjadinya perselingkuhan atau pikiran terus-menerus mengenai perselingkuhan.
Baca juga:
Dikutip dari CNA Lifestyle, istilah mid-life crisis ini pertama kali dikemukakan oleh psikoanalis asal Kanada, Elliot Jaques, pada sebuah makalah yang dipublikasikan pada 1965. Ia mendeskripsikan mid-life crisis sebagai kesadaran seseorang terhadap kemungkinan, batasan, dan kematian yang terbatas.
Psikolog klinis senior Dr Adaline Ng mendefinisikan midlife crisis di era sekarang adalah ketika seseorang merasa bahwa hidup yang dijalani tidak selaras dengan inti identitas mereka.
Salah satu hal yang menjadi pemicu mid-life crisis bagi perempuan paruh baya adalah ketika perubahan fisik yang dialami ketika menua tidak sesuai dengan ekspektasi. Tidak sedikit dari mereka yang merasa sendirian. Mereka juga tak bisa mendiskusikan hal ini kepada siapapun karena takut merasa masalah yang dialaminya ini sepele atau receh, apalagi di tengah situasi pandemi COVID-19
Maka dari itu, banyak perempuan paruh baya yang memutuskan untuk melakukan perawatan kecantikan dan lebih rajin berolahraga agar tubuhnya tetap bugar.
Di sisi lain, pria secara tradisional lebih berfokus pada karier. Jadi, cara untuk mengatasi mid-life crisis biasanya diatasi dengan hal yang lebih lahiriah seperti membeli mobil dengan warna yang mencolok atau mengubah penampilan secara drastis untuk menghidupkan kembali masa muda mereka. (shn)
Baca juga:
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
2 Juta Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental, Kemenkes Buka Layanan healing 119.id Cegah Potensi Bunuh Diri
Hasil Cek Kesehatan Gratis: 2 Juta Anak Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Mental
Ibu Negara Prancis Brigitte Macron Disebut Kena Gangguan Kecemasan karena Dituduh sebagai Laki-Laki
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya