Antara Puisi dan Pandemi


pandemi dari kacamata penyair (Sumber: Pexels/Suzy Hazelwood)
ADA banyak ekspresi bisa disajikan untuk merespon pandemi yang terjadi selama 19 bulan terakhir. Ada yang menunjukkan emosi dengan meluap-luap dan destruktif, sementara yang lainnya justru mengkonstruksi bencana global tersebut dalam sebuah karya sastra yang indah. Momen di rumah saja justru menjadi ajang bagi mereka untuk berkontemplasi hingga melahirkan puisi. Mereka tetap melahirkan karya-karya nan menyentuh.
Puisi bisa menjadi medium yang tepat untuk menyampaikan potret kehidupan dengan cara humor, satir dan kemanusiaan. Salah satunya mengangkat pandemi yang begitu mengerikan, yang merenggut nyawa hingga harta benda. Di balik kegetiran yang terjadi, fenomena pandemi justru menawarkan berbagai spektrum warna untuk diracik menjadi sebuah karya sastra nan indah.
Baca Juga:
Namun bagi Joko Pinurbo, pandemi tidak mengubah karakter puisinya. Itu hanya memberi waktu lebih banyak untuk melakukan kontemplasi berbagai persoalan hidup yang di saat normal mungkin terlewati. "Sekarang kita punya sunyi yang luas dan dalam," katanya.

Tidak ada pakem yang pasti dalam dunia sastra. Pengalaman yang dirasakan oleh satu penyair akan berbeda dibandingkan yang lainnya. Jika Joko Pinurbo menemukan lebih banyak sunyi dalam proses perenungan, hal berbeda justru dialami oleh penyair lainnya, Inggit Putria Marga.
Bukannya sunyi, pandemi justru melahirkan kemeriahan yang berbeda untuk Inggit. Biasanya Inggit menggarap puisi dalam sunyi di rumah. "Pandemi justru membuat kesunyiannya di rumah terusik lantaran semua orang ada di rumah," ungkap Inggit.

Aturan untuk berdiam di rumah saja membuat seluruh anggota keluarga berkumpul dan menimbulkan riuh. Keramaian diakuinya menjadi distraksi dan memengaruhi karya puisinya. Tidak banyak pilihan yang ditawarkan selain bercengkrama bersama keluarga.
Apapun pilihan yang dihadapi oleh para penyair di masa pandemi, itu menghadirkan warna baru dalam dunia sastra tanah air. Jadi, kamu jangan pernah berputus asa di masa pandemi ini. Justru kamu memiliki banyak kesempatan untuk berkarya. Tetaplah produktif di masa pandemi ini.
Bagikan
Berita Terkait
Karya Sastra Klasik Indonesia Mulai Diterjemahkan ke Bahasa Asing, Fadli: Ini A Little Too Late

'Bunga Besi' Tida Wilson Hadirkan Panggung Puisi, Musik Eksperimental, dan Pameran Visual

Peluncuran Bunga Besi: Perayaan Sastra Visual dan Kolaborasi Lintas Disiplin

Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, dan Denny JA Sama-Sama Berpengaruh di Mata AI

Mengetahui Arti Epilog, Bagian Penting dari Karya Sastra

Mengintip Pameran Sastra Jakarta 2024 di Galeri HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta

Paduan Sastra dan Keroncong Menghibur Hati yang Kosong

DKJ Umumkan Para Pemenang Sayembara Novel dan Manuskrip Puisi 2023
Pasar Beringharjo Jadi Tempat Festival Sastra Yogyakarta 2022

JILF 2022 Gabungkan Sastra dengan Kota Jakarta
