Angka Kematian Bayi di Bandung Masih Tinggi
Vaksinasi ibu hamil. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Pemerintah Kota Bandung terus mengejar visi pembangunan yang ingin menghadirkan kota yang unggul. Program utama untuk mengejar visi tersebut adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas termasuk di dalamnya unggul dalam bidang kesehatan.
"Kesehatan ini adalah pondasi. Salah satu tolak ukur yaitu keselamatan ibu hamil dan bayi," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna dalam keteranganya, Kamis (30/9).
Baca Juga:
Waspada Stunting pada Remaja
Ema mengakui, hingga saat ini angka kematian ibu dan bayi masih relatif tinggi. Maka diperlukan strategi khusus untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan bayi. Salah satunya dengan mengoptimalisasi peran posyandu. Karena, posyandu merupakan garda terdepan yang paling dekat dengan masyarakat.
"AKB (angka kematian bayi) dan AKI (angka kematian ibu) termasuk di Kota Bandung angkanya relatif tinggi. Saya lihat AKB lebih besar datanya dari pada AKI," terangnya.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian mengungkapkan, faktor sosial budaya menjadi salah satu permasalahan mendasar yang menyebabkan kematian ibu dan bayi.
Ia menegaskan, melalui tagline Bandung Salamina 'Bandung Selamatkan Nyawa Ibu dan Bayi', Dinkes berkolaborasi dengan Jhpiego akan menghimpun berbagai pihak untuk membentuk tim penyelamat ibu dan bayi. Jhpiego organisasi nirlaba internasional yang bergerak meningkatkan kesehatan wanita dan keluarga.
Kepala DPPKB Kota Bandung, Andri Darusman mengatakan, untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi harus dimulai dari hulu. Yakni mengedukasi mulai dari calon pengantin, dan ibu hamil.
"Ada yang namanya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), mulai dia hamil sampai bayi berusia 2 tahun. Kita edukasi agar dari 0-1000 hari, ibu menjaga asupan gizi bayi. Dan mulai bayi lahir sampai dia usia 2 tahun dianjurkan pakai ASI untuk mencegah terjadinya stunting," tambahnya.
Di samping itu, untuk mencegah terjadinya kematian ibu maupun bayi, selama masa kehamilan harus rutin memeriksa kandungan ke dokter. Minimal 4 kali, biar terpantau kondisi ibu dan bayinya.
Pemerintah Kota Bandung pun laksanakan Gerakan Berbagi Pangan Bergizi (Geber Pagi), Beraksi (Berbagi Asupan Pangan Enak Bernutrisi), gerakan ini merupakan sebuah program berkelanjutan dari urban farming yang saat ini menjadi pertanian terintegrasi Buruan SAE (Sehat, Alami, Ekonomis) untuk penanganan stunting di Kota Bandung.
"Stunting itu kurang gizi. Ketika masyarakat sudah budidaya lele, ayam petelor, sampai sayuran, saya kira dengan makanan bergizi ini akan membantu menghilangkan stunting. Gerakan ini harus terus berkelanjutan," ujar Wali Kota Bandung Oded M. Danial. (Imanha/ Jawa Barat)
Baca Juga:
Ancaman Stunting Ada Sejak Anak Dalam Kandungan
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Menkeu Purbaya Turunkan Insentif Stunting Bagi Pemda, Jadi Hanya Rp 300 Miliar
Insentif untuk Daerah Berhasil Turunkan Stunting Dianggarkan Rp 300 Miliar, DPR Nilai Terlalu Besar
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Kaltim Raih Penghargaan Penurunan Stunting Terbaik di Rakornas 2025, Gibran: Kuncinya Sinergi Pusat dan Daerah
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem