7 Situasi Pelik di Depan Mata Buntut AS Kenakan Tarif Resiprokal 32% ke Indonesia


Pecahan seratus ribu rupiah di atas uang dolar AS, pada pusat uang tunai sebuah bank di Jakarta. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Merahputih.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif baru sedikitnya 10 persen untuk hampir semua barang impor yang masuk ke negeri Paman Sam.
Kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal ini berlaku terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia. AS mengenakan tarif sebesar 32 persen terhadap barang-barang impor dari Indonesia.
Tarif resiprokal AS yang naik hingga 32 persen itu diprediksi akan berimbas ke perekonomian Indonesia. Ekonom Indef Profesor Didin S Damanhuri mengatakan ada tujuh kondisi yang bakal dihadapi Indonesia ke depan.
Baca juga:
5 'Pukulan Telak' untuk Ekonomi Indonesia Imbas AS Tetapkan Resiprokal 32%
Berikut penjelasan Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, terkait tujuh situasi pelit ekonomi Indonesia yang akan segera hadir di depan mata:
1. Nilai mata uang turun
Akan ada kontraksi terhadap nilai mata uang rupiah. Saat ini rupiah sudah mengalamai depresiasi Rp.16.700 per dolar. Menurut Didin, kemungkinan dalam beberapa hari ke depan akan terus anjlok melampaui Rp 17.000 per dolarnya.
2. Pemecatan karyawan PHK
Didin memperkirakan bahkan muncul gelombang pengurangan karyawan. Perusahaan besar di Indonesia sangat tergantung dengan dolar. Kenaikan tarif resiprokal dan mahalnya dolar bisa memicu pailit atau bangkrutnya sejumlah perusahaan dalam waktu dekat, yang beimbas pada PHK massal di tanah air.
3. UMKM melemah
Ketika perusahaan besar menjadi lesu, bahkan hingga pailit, efeknya juga berpengaruh terhadap pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah. Daya serap produk UMKM otomatis juga akan anjlok.
Baca juga:
Trump Ketok Kenaikan Tarif Impor, Produk Ekspor Indonesia Terancam Kalah Daya Saing
4. Penerimaan pajak menurun
Diperkirakan akan terjadi turunnya Penerimaan Pajak dari Pemerintahan. Apalagi yang terakhir, Didin mengungkapkan saat ini penerimaan pajak negara sudah turun sekitar 30 persen.
5. Daya beli anjlok
Kemampuan daya beli masyarakat pun berkurang imbas dari kenaikan dolar dan risiko resesi. Didin menilai saat ini pun daya beli memang sudah melemah di masyarakat. Buktinya, mudik tahun ini, baik jumlah orang maupun perputaran uang turun sekitar 24 persen.
6. Sentimen pesimisme pelaku usaha
Kondisi ekonomi yang goyah menghasilkan sentimen di kalangan pengusaha dan pelaku UMKM maupun Pemerintah Pusat maupun Daerah.
7. Meningkatnya angka kriminal
Kondisi kesulitan ekonomi berkontribusi terhadap peningkatan angka kriminal di masyarakat.
(Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
BI Tahan Suku Bunga Acuan, Perang Tarif AS Bikin Ekonomi Dunia Melemah

Diskon Tiket Pesawat Saat Natal dan Tahun Baru Capai 14 Persen, Tapi Hanya Untuk Kelas Ekonomi

Indonesia Masih Harus Berunding Soal Tarif Dengan AS, Ditargetkan Akhir Tahun Rampung

Media Besar AS Tolak Pembatasan Pers, Ramai-Ramai Say Good Bye ke Pentagon

3 Ekonom Terima Hadiah Nobel atas Riset Mengenai Creative Destruction

Komentar Menkeu Purbaya Kinerja `1 Tahun Ekonomi Pemerintah Prabowo, Ada Perbaikan Konsumsi Warga

Perang Dagang AS dan China Makin Panas, Menperin Sebut Trump Ingin Investasi Lebih

Sumber Mineral Kritis Dijadikan Alat Tawar di Tengah Perang Dagang

Perang Dagang AS-China, Menkeu: Biar Aja Mereka Berantem, Kita Untung

Helikopter Jatuh di Pantai California, 5 Orang Terluka Termasuk Pejalan Kaki
