6 Faktor Penyebab Anak Jadi Bully, Orangtua dan Guru Wajib Tahu Nih


Ilustrasi (Foto: Pexels/Keira Burton)
MERAHPUTIH.COM - PERILAKU bullying merupakan hal yang serius dan berbahaya. Perilaku bullying bisa menyebabkan pembunuhan karakter hingga hilangnya nyawa seseorang.
Seperti dilansir laman anti-bullyingalliance.org.uk, bullying berarti penindasan yang berulang dan disengaja terhadap satu orang atau kelompok oleh orang atau kelompok lain yang melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan. Suatu perbuatan di kategorikan sebagai tindakan bullying jika menyakitkan, adanya pengulangan, ketidakseimbangan kekuatan dan disengaja.
Pelaku bullying (bully) bisa melakukan perundungan yang bersifat fisik, verbal, atau psikologis yang dapat terjadi secara langsung atau daring.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI) menyebut sepanjang 2023, kasus bullying di satuan pendidikan meningkat dari 21 kasus pada 2022, menjadi 30 kasus pada 2023. Sementara itu, berdasarkan laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pihak mereka menerima 141 kasus pengaduan kekerasan anak di awal 2024, dengan 35 persen kasusnya terjadi di lingkungan sekolah.
Seperti dilansir Disdikpurwakarta.go.id, ada enam hal membuat seseorang jadi bully. Demi mencegah perilaku bullying, orangtua dan guru wajib mewaspadai enam faktor yang bisa membuat anak jadi bully.
1. Kondisi keluarga tidak sehat
Anak yang tinggal di lingkungan keluarga broken home penuh kekerasan, konflik berkelanjutan, atau pengabaian memengaruhi cara anak memperlakukan orang lain.
Anak-anak jadi berperilaku agresif atau bully.
2. Model perilaku
Situasi luar rumah atau lingkungan berperan terhadap terhadap perkembangan anak. Jika anak dekat dengan bully, ia bisa menjadi bully baru karena meniru.
3. Rasa kuasa dan pengendalian
Perilaku bullying dapat memberikan rasa kuasa dan pengendalian kepada pelaku. Mereka mungkin merasa puas ketika dapat mendominasi atau memengaruhi orang lain, bahkan jika itu mengakibatkan penderitaan bagi korban.
Baca juga:
4.Kurangnya empati dan pengetahuan
Beberapa orang mungkin kurang memahami dampak emosional dan psikologis dari perilaku bullying terhadap korban. Kurangnya empati dan pengetahuan tentang bagaimana tindakan mereka memengaruhi orang lain dapat memicu perilaku bullying.
5. Gangguan mental
Anak dengan gangguan mental, seperti gangguan perilaku, gangguan kepribadian, atau kecenderungan psikopatik, sulit untuk mengontrol perilaku agresif dan menghasilkan perilaku bullying.
6. Faktor sosial dan lingkungan
Budaya atau lingkungan yang mendorong persaingan yang ekstrem, anak yang tidak toleransi pada perbedaan, hingga menolak terhadap kelompok atau individu tertentu, dapat memperkuat perilaku bullying.(tka)
Baca juga:
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

Cegah Perundungan, Legislator: Stop Normalisasi Kekerasan, Termasuk yang Dibungkus Candaan

Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa

Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik

Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!

Parents Tinggal di Jakbar Wajib Tahu, 4 Puskesmas Buka Layanan Psikologis Klinik Anak Korban Bully

Viral, Remaja Putri Dipukuli Pelaku dan Teman-Temannya di Tambora Gara-Gara Rebutan Pacar

Cegah Bullying dan Pelecehan, Dewan NasDem Minta Disdik Pemasangan CCTV Pintar di Sekolah
