500 Ribu Warga Palestina Kehilangan Akses Bantuan Pangan


MerahPutih.com - Ketegangan di Timur Tengah membesar setelah pasukan Israel melancarkan serangan militer besar-besaran di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan militer Hamas di wilayah Israel.
Konflik dimulai ketika Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al Aqsa terhadap Israel, yang merupakan serangan mendadak dari berbagai arah, dengan menembakkan roket dan penyusupan ke Israel melalui darat, laut dan udara.
Baca Juga:
Bela Palestina, Mia Khalifa Didepak Playboy
Hamas menyebut serangan itu balasan atas penyerbuan Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur dan kekerasan terhadap warga Palestina yang dilakukan para pemukim Israel.
Sebagai balasan atas serangan Hamas itu, militer Israel meluncurkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza dan melakukan blokade total Gaza yang meliputi menutup akses makanan, air, bahan bakar minyak, dan aliran listrik.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyeru pihak-pihak terkait agar membolehkan masuk pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang tengah diblokade total oleh Israel.
"PBB menyerukan semua pihak dan pihak-pihak terkait agar memberi akses kepada kami untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan warga sipil Palestina di Jalur Gaza," kata juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) Jens Laerke.
Menurut OCHA, jumlah pengungsi Palestina di Jalur Gaza bertambah menjadi lebih dari 338.000 orang akibat serangan dan pertempuran yang tak kunjung berhenti.
Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) pada Kamis mengungkapkan sekitar 500 ribu orang kehilangan akses bantuan pangan penting karena 14 pusat distribusi makanan UNRWA terpaksa ditutup.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan dukungannya terhadap upaya mediasi Turki, Mesir dan Qatar dalam konflik Israel dan Hamas.
"Ketiganya dapat memainkan peran penting dalam memediasi dan meredakan situasi saat ini,” kata Scholz.
Tiongkok memprioritaskan perlindungan warga sipil ketimbang mengerahkan pasukan militer untuk konflik Palestina-Israel.
"Prioritas sekarang adalah agar para pihak segera melakukan gencatan senjata dan melindungi warga sipil," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin telah memerintahkan Kapal Induk USS Gerald R. Ford bergerak ke Mediterania Timur untuk lebih dekat ke Israel.
Kapal induk ini dikawal sebuah kapal penjelajah berpeluru kendali, dan empat kapal perusak berpeluru kendali.
Amerika Serikat juga menambah skuadron pesawat tempur F-35, F-15, F-16, dan A-10 Angkatan Udara AS di wilayah tersebut, serta akan memberikan amunisi kepada Israel. (*)
Baca Juga:
Putin: Israel Rebut Tanah Milik Palestina
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Media Belanda de Volkskrant Temukan Dugaan Serangan Tembakan Yang Disengaja ke Anak-Anak di Gaza

Agresi Israel ke Doha Dinilai Sebagai Ancaman Serius Bagi Stabilitas dan Perdamaian di Kawasan Timur Tengah

Prabowo Tegaskan Dukung Kedaulatan Qatar Setelah Serangan Israel, Suara Dunia Harus Kian Lantang

Prabowo Temui Emir Qatar Sheikh Tamim Setelah Israel Serang Markas Hamas

DPR Kecam Serangan Israel ke Qatar, Sebut Bisa Memicu Konflik di Timur Tengah

Hubungan Donald Trump-Benjamin Netanyahu Makin Renggang Usai Presiden AS Sebut Serangan Israel ke Doha 'Tindakan Ceroboh'

Penyerangan di Qatar Dianggap Melanggar Hukum Internasional, Arab Saudi Peringatkan Konsekuensi Serius yang Bakal Diterima Israel

Tanggapi Serangan Israel ke Doha, PM Qatar: Tak Hanya Melampaui Hukum Internasional, Tapi Juga Standar Moral

Israel Serang Qatar Picu Ketegangan di Timur Tengah, Kemlu Indonesia: Pelanggaran Keras terhadap Hukum Internasional

Kapal Misi Kemanusiaan ke Gaza Diduga Diserang Drone di Tunisia, Aktivis Selamat
