4 Tantangan Utama Perekonomian Indonesia


Ilustrasi rupiah. Foto: pixabay/iqbal nuril akbar
MerahPutih.com - Pemerintah memastikan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus melaju, meskipun kondisi perekonomian global lagi carut marut.
Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Wahyu Utomo mengatakan, Indonesia harus selalu waspada dengan gejolak geopolitik dunia, yang berimbas pada laju pertumbuhan ekonomi domestik.
"Mengenai tantangan perekonomian saat ini, intinya, walau ketahanan ekonomi bagus, ketahanan fiskal yang cukup sehat, kita harus waspada," kata Wahyu di Jakarta, Sabtu (23/9).
Lebih lanjut, kata Wahyu, saat ini Indonesia menghadapi 4 tantangan utama. Pertama soal gonjang ganjing geopolitik dunia, sebab sampai detik ini perang Ukraina melawan Rusia belum selesai dan etegangan Amerika dan China cukup tinggi.
"Di situ muncul fenomena fragmentasi, deglobalisasi, dan lain sebagainya. Artinya di situ, jangka pendeknya paling tidak yang akan kita rapatkan, ada potensi volatilitas harga komoditas. Kemudian inflasi kemungkinan akan cukup tinggi di berbagai negara Eropa," paparnya.
Kedua tekanan terhadap suku bunga, nilai tukar rupiah. Artinya ini perlu diwaspadai, pasalnya hal ini dampak dari geopolitik yang belum mereda. Imbasnya berdampak pada perubahan iklim.
"Saat ini kalau kita lihat, dampak perubahan iklim makin nyata, sering terjadi bencana. Di satu sisi ini ancaman, tapi di sisi lain muncul juga berbagai pengembangan ekonomi hijau. Ini juga potensi, kalau kita bisa menangkap momen ini, ini akan jadi sumber pertumbuhan baru," urainya.
Ketiga, tantangan dari masa pandemi, pasalnya bencana non alam ini berakibat luar biasa pada kehidupan manusia. Namun COVID-19 ini banyak memberi pelajaran pada kehidupan manusia.
"Artinya kita harus siap kalau suatu saat terjadi pandemi lagi, makanya kita harus punya perlindungan sosial yang adaptif. Kita harus punya sistem kesehatan yang adaptif, yang compatible dengan peradaban. Kita juga harus punya sistem pengelolaan fiskal yang bersifat automatic stabilizer. Sehingga ketika terjadi goncangan itu bisa difungsikan untuk meredam," paparnya.
Terakhir tantangan digital ekonomi. Pasalnya, sekarang perekonomian Indonesia mulai bergeser, dari aktivitas konvensional ke aktivitas digital. Bahkan jika bicara ekonomi, bukan lagi yang berbasis teritori, sudah konektivitas pembayaran lintas negara.
"Mana yang punya sistem compatible dengan digital economy, siap mengatasi cross border economy, tentu digital economy itu menjadi potensi. Kalau tidak siap? akhirnya jadi ancaman," tutupnya. (Asp)
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno

Omzet Mal Anjlok Imbas Demo di Jakarta, Pemprov DKI Segera Lakukan Langkah ini

Langkah Konkret Yang Bisa Diambil Pemerintah Saat Rakyat Demo, Salah Satunya Turunkan Pajak Jadi 8 Persen

Pasar Melemah dan Rupiah Bisa Capai Rp 16.500 Per Dolar AS, Airlangga Minta Investor Tetap Tenang

Ekonomi Indonesia Diklaim di Jalur yang Benar, Menko Airlangga Minta Pengusaha dan Investor tak Panik

DPR-Pemerintah Sepakati Asumsi RAPBN 2026, Suku Bunga dan Rupiah Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi?

Ekspansi Belanja Pemerintah Bakal Bikin Ekonomi Membaik di Semester II 2025

Prabowo Berencana Tarik Utang Rp 781,87 Triliun di 2026, Jadi yang Tertinggi setelah Pandemi

Pertumbuhan Ekonomi 2026 Diprediksi Capai 5,4 Persen, Prabowo Pede Angka Pengangguran dan Kemiskinan Turun

Kesenjangan di Tengah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Prabowo: Masih Banyak Anak-anak Kelaparan dan Petani Tak Bisa Jual Hasil Panen
