4 Alasan Orang Selingkuh Menurut Neurosains


Setia itu tidak mudah. (Foto: Unsplash/Romina Ahmadpour)
DISELINGKUHIN memang sakit. Ketika sudah sayang dan yakin dengan pasangan, mereka malah mengkhianati dan jatuh cinta dengan orang yang baru. Lantas, mengapa, ya, orang bisa berselingkuh?
Seseorang dapat selingkuh karena kondisi otaknya, bukan semata meninggalkan pasangan demi mencari yang lebih tampan atau cantik. Menurut CEO Stress Management Indonesia, Coach Pris, antara perselingkuhan, kesehatan otak, dan kondisi mental seseorang memilik hubungan yang saling berkesinambungan.
"Kondisi mental seseorang, termasuk selingkuh, memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan otaknya. Pada hari kesehatan mental sedunia ini, kami ingin memberikan informasi alasan sebenarnya seseorang berselingkuh, sehingga permasalahan bisa diatasi dari akarnya," ungkapnya, dilansir Antara, Senin (10/10).
Ada empat alasan berbasis neurosains atau ilmu saraf yang menjelaskan mengapa seseorang dapat berselingkuh.
Baca juga:

1. Kecanduan euforia cinta
Pengalaman indah jatuh cinta dan tergila-gila dengan seseorang tidak bertahan selamanya. Ahli saraf menemukan bahwa setelah enam bulan hingga dua tahun, rasa cinta yang menggebu-gebu berubah menjadi cinta dan komitmen yang lebih dalam atau keputusan untuk berpisah dan melepaskan diri.
Banyak terapis pasangan mengatakan, perselingkuhan terjadi karena orang salah mengira kurangnya intensitas dan euforia sebagai tanda mereka telah putus cinta. Kurangnya euforia ini dapat mendorong seseorang untuk mencari pasangan lain untuk mencoba menciptakan kembali intensitas cinta yang tinggi.
Bagi sebagian orang, kebutuhan untuk merasakan aliran cinta baru membuat mereka terus mencari hubungan di luar nikah.
2. Kehilangan sirkuit kendali diri
Sirkuit kendali diri adalah sistem penyeimbang antara bagian otak limbik yang memotivasi untuk mencari aktivitas yang menyenangkan dan bagian otak korteks prefrontal (PFC) yang membuat seseorang berpikir dua kali sebelum bertindak. Ketika sirkuit kendali diri seimbang, kendali impuls memadai menghentikan seseorang dari berselingkuh.
Namun ketika aktivitas PFC rendah, terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan seseorang menyerah pada keinginan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya. Studi pencitraan otak menunjukkan orang dengan aktivitas rendah di PFC lebih mungkin untuk bercerai. Stress Management Indonesia memiliki program seperti Brain Health Assessment untuk mengetahui kondisi sirkuit kendali diri otak seseorang.
Baca juga:
Selingkuh itu Dilakukan dengan Kesadaran Penuh, Ini Ciri-cirinya

3. Faktor testosteron
Sebuah studi pada 2019 menemukan pria dengan kadar testosteron tinggi lebih mungkin untuk melakukan perselingkuhan daripada pria dengan kadar testosteron yang lebih rendah.
Testosteron berpengaruh dalam suasana hati, motivasi, dan seksualitas. Tingkat testosteron yang tinggi dikaitkan dengan empati yang lebih rendah dan hawa nafsu yang tinggi, yang bisa menjadi resep untuk berselingkuh.
4. Otak yang tidak setia itu berbeda
Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa otak seseorang yang setia itu berbeda dari yang selingkuh. Misalnya, ketika seseorang melihat gambar romantis seperti pasangan berpegangan tangan atau menatap mata satu sama lain, aktivasi otak berbeda antara yang setia dan tidak setia.
Penelitian menunjukkan orang yang setia menunjukkan lebih banyak aktivitas saraf terkait hadiah saat melihat gambar romantis, dibandingkan dengan orang yang tidak setia.
Lebih lanjut, Coach Pris pun memberikan kiat untuk mencegah terjadinya perselingkuhan, salah satunya saling mengenal kondisi satu sama lain sebelum menikah. Ini guna memahami kondisi pasangannya dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki kondisi. (and)
Baca juga:
Gaslighting Aris Kepada Kinan, Akal-akalan Tukang Selingkuh Menutupi Kebohongannya
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Ajukan Tes DNA untuk Tepis Tuduhan Lisa Mariana, RK: Biar Tuntas dan Tak Berlarut-larut

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Bareskrim Ambil Sampel Kamis Lusa, Ridwan Kamil Siap Terima Apapun Hasil Tes DNA Anak Lisa

Ridwan Kamil Bersama Lisa dan Anaknya Bakal Jalani Tes DNA di Bareskrim

Kepergok Selingkuh di Konser Coldplay, CEO Astronomer Bakal Kehilangan 35 Juta Dolar AS jika Bercerai

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Cegah Modus Love Scamming, Kenali Ciri-cirinya
