UNKL347 Sang Pionir Kaos Distro Negeri Aing
Rabu, 30 Juni 2021 -
PADA tahun 1996, Dendy Darman (founder UNKL347) bersama rekan-rekannya yakni Arifin Windarman, Anli Rizandi dan Lucky Widiantara, memutuskan untuk membuka usaha clothing. Mereka mematenkan label clohting line bernama 347boardrider.com.
Banyaknya anak muda yang tergabung pada komunitas, turut membantu perkembangan bisnis yang dirintis oleh Dendy Cs. Promosi yang awalnyanya hanya dari mulut ke mulut, rupanya cukup ampuh mendongkrak brand mereka di kalangan anak muda Bandung.
Khususnya para fans dari beberapa grup band indie yang mengikuti sang idola mengenakan kaos 347boardrider.co, seperti halnya Pure Saturday dan Cherry Bombshell.
Baca Juga:
Menziarahi Monumen Musik Bawah Tanah Bandung Lewat Gelora; Magnumentary of Gedung Saparua
Konsumen kaos kian loyal dengan brand tersebut, terbukti dengan kian diminatinya kaos buatan Dendy yang menunjukan eksistensinya di pasaran. Menariknya, keberadaan 347boardrider tak sekadar dekat dengan komunitas musik. Brand ini juga akrab dengan komunitas surfing dan skateboard. Dua olahraga ekstrem tersebut merupakan olahraga kegemaran Dendy dan kawan-kawan.
Saat membuat brand tersebut, Dendy sempat dilema karena banyak yang menyarankannya lebih baik kerja agency advertising Jakarta dan sejenisnya. Apalagi Dendy merupakan mahasiswa lulusan Seni grafis yang saat ini lebih dikenal Desain Komunikasi Visual di Fakultas Seni Rupa ITB.
Tapi Dendy tetap yakin dengan apa yang menjadi kegemarannya. Pada proses awalnya, Dendy mengungkapkan bahwa dia dan teman-temannya ingin menjual karya demi mendapatkan uang untuk membiayai kegiatan mereka seperti skateboarding dan surfing, tanpa harus bekerja di kantor.
Membangun Outlet Sendiri pada 1999
Pada tahun 1999, Dendy bersama kawan-kawannya sudah berhasil membuat outlet sendiri. Berdirinya outlet tersebut digadang-gadang sebagai perintis kaos distro yang selanjutnya kian berkembang di Tanah Air.
"Waktu itu pertama di dago kita buat, karena sangat low budget, kita fitting roomnya aja pake kardus bekas, jadi ibu kost kita abis beli kulkas gede ada kardusnya kita minta deh, jadi kita se organik itu, kaya bikin aja deh," tutur Dendy Darman pada film dokumenter Distro Wave.
Gaya desain yang dibangun Dendy dan temannya tak hanya seputar musik, surfing serta skateboard. Mereka juga identik dengan kehidupan malam serta seni jalanan yang memiliki sentuhan avant garde dan simple curve.
"Inspirasinya dari visual culture yang gue liat, atau pas gue pergi maen party atau traveling. kaya gue harus maen harus keluar rumah harus ketemu orang. misalnya liat di luar ada yang bagus boleh nih, terus dimodifikasi untuk jadi sesuatu yang menarik," tutur Dendy.
Dendy menjelaskan karakter 347 terbentuk dari keterbatasan. Kala itu Dendy bersama teman-temannya membuat desain yang mereka bisa. Saat itu Dendy mengaku hanya bisa sablon satu warna, karena bila 3 warna dia kurang ahli dan bisa menyebabkan tidak presisi. Akhirnya Dendy dan kawan-kawan terbiasa dengan desain yang hanya satu warna atau satu langkah sablon saja.
Pada 2002, label yang dibuat brand ini kian berkembang seiring event-event underground yang diselenggarakan. Hingga akhirnya pada 2003 label 347 berubah menjadi 347/Eat. Kemudian di 2006 label Eat dihilangkan dan diganti dengan UNKL347.
Baca Juga:
Karma Bodykit Kian Mendunia Gaungkan Bangga Produk Indonesia
Penggantian nama menjadi UNKL347 merupakan penanda brand tersebut sudah mencapai satu dasawarsa dan banyak orang yang menyebutnya Uncle. Evolusi nama yang berubah itu tak pernah melepas angka 347 sebagai label awal dari brand kebanggan Dendy dan timnya.
Peran Eddi Brokoli dalam promosi UNKL347
Tak banyak yang tahu bahwa aktor sekaligus musisi Eddi Brokoli juga turut andil dalam populernya nama UNKL347. Kala itu, pada video klip Harapan Jaya yang pertama yakni 'Kuliah Pagi', Eddie selaku vokalis mengenakan kaos UNKL347. Begitu juga dengan drummer dan vokalis yang satunya, mereka turut mengenakan kaos dari UNKL347.
Selain menjadi musisi, Eddi Brokoli pun ke Jakarta dan menjadi VJ MTV kala itu. Eddi menjadi 'sarana' promosi brand UNKL347 di berbagai kesempatan. Saat itu Eddi mengaku, syuting di MTV butuh wardrobe, menariknya MTV membebaskan siapapun untuk support.
"Gue buka pintunya, pertama kali clothing lokal bandung yang ada di tv nasional mungkin adalah 347, gua yang bawa ke mtv, jadi udah melekatlah pride, gue dateng dari bandung VJ MTV baju yang gua pake baju produksi Bandung juga, yang scene-nya juga membesarkan gue menjadi gue saat itu, akhirnya gue kenalkan ke Jakarta, ke nasional melalui mtv indonesia, itu sih sebenernya poinnya," jelas Eddi Brokoli.
Eddi mengatakan UNKL347 lekat dengan scene indie, bmx, skateboard, dan beberapa hobi lainnya. Menurutnya, UNKL347 sangat mementingkan 'Roots' dan 'Kompornya'. Itu yang membuat UNKL347 bisa bertahan selama 25 tahun.
"Ketika ada ledakan semua orang bikin clothing, misal minggu ini ada lima clothing baru tapi enggak lama jatoh atau ngilang, yang sekarang bertahan sampe 25 tahun bisa keitung dengan jari, peran komunitas bagi clothing lokal ini gede banget," jelas Eddi.
Mengapa demikian? Karena bagi Eddi clothing biasanya mendekati komunitas, seperti ke komuntias bmx, surfing, musik, hingga skateboard. Jadi bisa dibilang clothing saat itu tidak bisa jalan sendiri tanpa komunitas.
Dalam perjalanannya, UNKL347 tak hanya membuat sebuah produk, tapi juga membuat movement dengan menggandeng berbagai komunitas. Menurut Dendy saat itu komunitas sangat kompak, semuanya saling take and gift dan membantu hingga menjadi besar.
Kala itu, silaturahmi dan pergaulan wajib terjaga, seperti halnya setiap minggu mendatangi berbagai acara.
"Kalau lu bikin brand lu harus banyak-banyak ketemu orang, harus banyak belajar dari orang, dulu gue ketemu orang dan berkumpul inspirasinya dari situ, kalo sekarang kan bisa gampang buka internet, lu browsing aja budaya seluruh dunia terbuka lebar," papar Dendy.
Redupnya silaturahmi antara sebuah brand dengan komunitas
Di tengah zaman yang mulai berubah dan dituntut serba cepat, Dendy merindukan vibes yang dulu bisa terus hidup. Dendy melihat saat ini tidak semua brand menghangatkan komunitasnya.
Brand yang saat ini besar bukan karena komunitas, melainkan platform digital yang hitungannya data. Hal itu menurut Dendy tidak ada emosionalnya.
Dendy mengenang dulu ikatan emosional sangat tinggi, bisnis bukan sekadar jual dan beli. Bisnis pada masa Dendy mengutamakan interaksi dengan manusia. Alhasil, dari bisnis Dendy bisa mengenal banyak orang.
"Sampai sekarang dari zaman kuliah gue enggak merasa kaya lagi bekerja, intinya apa yang gue kerjain itu ya apa yang gue suka. Dan gua jadi diri sendiri banget dari dulu, gue tuh ngerasanya membuat bukan menjual," tutupnya. (ryn)
Baca Juga: