Trik agar Anak Mau Mengenakan Masker saat Bepergian
Rabu, 27 Januari 2021 -
BERPERGIAN menjadi ekstra sulit selama pandemi. Bukan hanya destinasinya yang terbatas karena tutup atau jam operasional yang lebih singkat, aturan yang menyertainya pun cukup banyak. Salah satunya adalah penggunaan masker.
Bagi para orangtua, pasti tahu benar syarat ini sulit diterapkan untuk anak-anak, apalagi balita yang masih belum sepenuhnya bisa memahami bahaya pandemi dan cara penularan penyakit COVID-19.
Baca juga:
Inovasi Teknologi Kembangkan Sistem Kesehatan Indonesia
Berikut ada beberapa tips dari seorang psikoterapis Tina Payne Bryson, Ph.D. yang juga menulis buku-buku parenting seperti No-Drama Discipline dan The Whole-Brain Child, seperti dirangkum dari artikel QnA di nytimes.com (27/1).
1. Jangan menunggu sampai hari H bepergian untuk mengenakan masker pada anak yang berusia batita. "Karena otak kita terhubung untuk melindungi kita, apa pun yang baru dan tidak terasa enak dapat mengaktifkan respons reaktif yang besar,” kata Dr. Bryson.

2. Sebelum bepergian, Dr. Bryson merekomendasikan pendekatan "name it to tame it" atau menamai untuk menjinakkan. Pendekatan ini ditulis bersama rekannya Daniel J. Siegel dalam buku The Whole-Brain Child. Metode ini memerlukan percakapan pendahuluan tentang apa yang akan dilihat dan terjadi selama perjalanan (pesawat akan terbang sangat cepat, kereta yang dingin, mobil yang tidak bisa sering-sering berhenti. dan akan melihat orang-orang bermasker, terkadang pakai masker tidak nyaman, dan sebagainya.).
3. Dr. Bryson juga merekomendasikan permainan pembiasaan diri, katakanlah dengan menutupi boneka binatang favorit dengan masker. Beli beberapa jenis masker yang headloop dan earloop. "Anak mungkin bersemangat satu jenis masker tertentu, tetapi pastikan juga untuk memikirkan tentang kecocokan dan bagaimana dua jenis masker ini diterjemahkan ke dalam pengalaman sensorik yang berbeda," katanya tentang pemilihan masker. Kemungkinan besar salah satu jenis akan mulai mengganggu bagi mereka, jadi akan ada opsi lain yang terasa berbeda.
Baca juga:
Tak Hanya Memabukkan, Catnip Punya Manfaat Lain untuk Kucing
Semua persiapan itu terdengar bagus sampai kamu memulai perjalanan dengan balita, yang bahkan baru akan ke luar rumah pun sudah sangat menegangkan. Apalagi jika sudah dalam perjalanan dan anak mulai menunjukkan gejala akan tantrum. Kuncinya, menurut Dr. Bryson, menahan diri dari dan tidak memerintahkan anak-anak untuk menenangkan diri atau mengendalikan diri. Tentunya aturan ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
“Jika anak kamu mengalami badai, jadilah pelabuhan yang aman. Kita tidak bisa ikut menjadi badai. Semakin kita stres dan cemas dan reaktif: Anak-anak kita akan mencerminkan keadaan itu,” ia menekankan. Alih-alih marah, posisikan postur tubuhmu santai, tarik anak mendekat dan fokus untuk memberinya rasa aman, demikian saran Dr. Bryson.

Ketika semuanya gagal, Dr. Bryson merekomendasikan untuk merangkul mereka dengan cara apa pun yang berhasil. Bahkan jika itu artinya harus melanggar aturan screen time atau menggunakan beberapa manuver yang dapat mengakalinya.
"Saya tahu banyak ahli tidak akan setuju dengan saya untuk menggunakan hadiah atau suap, tetapi ada penelitian yang menunjukkan bahwa mereka benar-benar membantu memperluas jendela toleransi," kata Dr. Bryson.
Dia menambahkan, cara merangkul yang demikian memungkinkan anak-anak untuk duduk dalam ketidaknyamanan lebih lama. Mereka pun jadi memiliki motivasi bahkan jika itu belum bersifat intrinsik. Dengan cara itu, anak akhirnya tenang, perjalanan pun selesai dan terkadang itu hanya masalah mana yang terjadi lebih dulu. (aru)
Baca juga: