Tiru Kebiasaan Orang Bahagia
Rabu, 22 Desember 2021 -
TERKADANG, kita menentukan sebuah situasi atau pencapaian yang menurut kita akan membuat kita merasa bahagia. Entah itu promosi pekerjaan, jumlah uang tertentu, atau menikah, kita akan berpikir "Jika aku kaya/sudah menikah/memiliki rumah, maka aku akan merasa bahagia."
Meskipun beberapa pencapaian di atas bisa membuatmu merasa senang dan lega, tetapi laman Forbes menyatakan sebuah penelitian menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang kamu peroleh atas suatu pencapaian tidak akan berlangsung lama.
Sebuah studi dari Northwestern University menilai tingkat kebahagiaan dari orang biasa dan membandingkannya terhadap orang-orang yang telah memenangkan hadiah lotre yang besar. Para peneliti pun dibuat terkejut dengan hasil penelitiannya. Ternyata, orang biasa dan pemenang lotre memiliki peringkat kebahagiaan yang identik secara praktis.

Pandangan bahwa peristiwa atau pencapaian besar dalam hidup bisa menentukan kebahagiaan atau kesedihan sering kali disebut sebagai impact bias. Dikutip dari sebuah jurnal yang dipublikasikan di National Library of Medicine pada 2018, impact bias atau bias dampak adalah ketika orang cenderung melebih-lebihkan intensitas dan durasi pengaruh.
Baca Juga:
Cara Mengkritik Bisnis Teman Tanpa Membuatnya Baper
Maka dari itu, kebahagiaan sering diartikan sebagai sesuatu yang sintetis. Artinya, kebahagiaan bisa kamu ciptakan sendiri melalui kebiasaan. Salah satu kebiasaan orang yang bahagia adalah mereka yang memiliki cara berpikir yang terus berkembang.
Mereka yang memiliki fixed mindset akan merasa bahwa "aku adalah aku, ini adalah diriku" dan cenderung tidak mau berubah. Hal ini bisa menimbulkan masalah karena semua yang bertentangan dengan mindset mereka akan menjadi masalah baru lagi yang akan menghambat proses penyelesaian masalah utama.
Dengan mindset yang mau berkembang, maka ada kepercayaan bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan dengan usaha. Maka dari itu, kamu bisa lebih bahagia karena kamu lebih fleksibel dan akan merasa lebih mudah dalam menyelesaikan masalah.
Baca juga:
Membantu orang lain juga bisa membuat diri sendiri dan orang lain bahagia. Membantu orang lain mampu menciptakan gelombang oksitosin, serotonin, dan dopamin yang bisa membuatmu merasa lebih baik. Menurut studi yang dilakukan di Harvard, orang yang suka memberikan dukungan sosial menjadi orang yang paling mungkin tetap merasa bahagia selama masa stres yang tinggi.

Tidak hanya itu, orang-orang yang bahagia cenderung menghindari gosip, obrolan ringan, dan jarang menghakimi orang lain. Sebaliknya, mereka lebih menyukai deep conversation yang bisa membawa mereka pada interaksi yang bermakna. Mereka memahami bahwa koneksi emosional yang mendalam bisa menjadi cara yang menarik untuk belajar mengerti keadaan orang lain dan menambah wawasan.
Dari beberapa kebiasaan di atas, mana yang sudah kamu lakukan? (shn)
Baca juga:
4 Hal ini Bikin Kantong Milenial dan Gen Z Jebol!