Tim Ahli Wapres Apresiasi Penggunaan Renminbi
Selasa, 24 November 2015 -
MerahPutih Keuangan - Indonesia telah menjalin kerja sama Bilateral Currency Swap Arrangemet (BSCA) dengan Tiongkok beberapa waktu lalu. Dengan kerja sama tersebut, ekspor impor antar Indonesia dengan Tiongkok tidak lagi menggunakan dolar Amerika Serikat (AS), melainkan menggunakan mata uang Tiongkok renminbi.
Ketua Tim Ahli Wakil Presiden RI Sofyan Wanandi mengapresiasi langkah tersebut. Menurutnya, langkah tersebut dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap dolar AS. Bagaimana tidak, dalam satu tahun, nilai impor Indonesia dari Tiongkok bisa mencapai 30 miliar dolar AS. Melalui langkah tersebut, angka ini bisa berkurang.
"Menurut saya itu baik untuk kita. Dampaknya kita tidak perlu lagi mencari dolar lebih banyak," ujar Sofyan, ditemui saat Economic Outlook DBS Asian Insight Conference 2015 di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta Pusat, Selasa (24/11).
Sofyan meyakini, penggunaan renminbi dalam ekspor impor antara Indonesia dengan Tiongkok tidak akan mempengaruhi neraca perdagangan dalam dolar AS yang kerap terjadi di Indonesia bisa dicegah.
"Jadi pasti untuk neraca perdagangan kita lebih baik. Jadi kemungkinan goncangan dolar itu tidak ada," ujarnya.
Kendati demikian, penggunaan renminbi ini masih perlu disosialisasikan. Mengingat cadangan renminbi dalam negeri masih sangat terbatas.
"Tentu perlu sosialisasi dan perlu tahu. Apalagi kalau ini menguntungkan dunia usaha. Saat ini suplai renminbi juga masih minim. Ya paling tahun depan baru bisa diterapkan," pungkasnya. (rfd)
BACA JUGA: