Ternyata Begini Asal-Usul Bubur Memek, Takjil Khas dari Simeulue
Jumat, 22 Maret 2024 -
MerahPutih.com - Ada saja nama-nama makanan unik yang bikin geger. Salah satunya bubur memek yang berasal dari Simeuleu, Aceh. Panganan ini lazim tersua ketika Ramadan dan jadi takjil atau makanan manis untuk berbuka puasa.
Meski namanya nyeleneh, bubur memek telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada 2019.
Uswatun Hasanah dalam Masyarakat Desa Air Dingin Kecamatan Simeulue Timur dalam Melestarikan Makanan Tradisional (Memek), bubur Memek diciptakan pada masa pendudukan Jepang.
Kala itu, warga Simeulue berupaya menyembunyikan beras mereka agar tidak disita oleh pasukan pendudukan Jepang. Mereka memutuskan tidak memasak karena asap hasil pembakaran bisa terlihat oleh tentara Jepang.
"Beras tersebut dikunyah mentah-mentah dengan buah pisang, dan kunyahan tersebut menghasilkan suara gemeretak yang disebut mamemek. Setelah Jepang meninggalkan Simeulue, nama mamemek berubah menjadi memek," ungkap Uswatun.
Baca juga:
Abdul Karim, salah satu narasumber Uswatun, mempunyai versi lain. Memek dikreasi secara tidak sengaja saat Simeulue belum banyak penghuni. Jarak tempuh antar kampung sangat jauh. Kendaraan pun masih terbatas.
Medan perjalanan juga berat. "Melewati gunung, bukit, dan lembah. Sehingga apabila berpergian masyarakat harus membawa bekal dalam perjalanan seperti beras, garam, gula, ikan, dan kelengkapan lainnya," ungkap Uswatun.
Suatu ketika, ada rombongan warga yang kehabisan bekal perjalanan, hanya tersisa beras ketan. Padahal perjalanan menuju tempat tujuan masih sangat jauh.
Sebagai pengganjal perut dalam kondisi darurat, masyarakat setempat mengunyah langsung sisa beras ketan yang ada.
Baca juga:
10.000 Takjil Gratis Selama Ramadan, Ribuan Warga Padati Masjid Zayed Solo
Namun, rasa beras ketan itu tidak enak sama sekali. Mereka lalu menemukan kebun pisang warga yang sudah masak. Mereka kemudian mencampur beras dan pisang, mengaduknya dengan tangan sehingga cita rasanya bertambah. Tak lama, mereka berjumpa pepohonan kelapa.
Lalu mereka mengolah kelapa, mengaduknya dengan pisang, beras. Diberi kuah santan secara bersamaan. Ternyata masyarakat setempat sangat menyukai cita rasa campuran beras ketan, pisang, dan kelapa itu.
"Lambat laun masyarakat setempat mulai membuat olahan makanan yang kemudian diberi nama memek seperti yang sudah dikenal pada saat ini," sebut Uswatun. (dru)
Baca juga: