Tarian Pa’bitte Passapu: Tak Ada Ayam, Sapu Tangan pun Jadi

Selasa, 02 Mei 2017 - Irene Gianov

Istilah sabung ayam mungkin bukan sesuatu yang asing di telinga masyarakat. Pada tradisi tersebut, ada dua ekor ayam yang 'diadu' dan dilihat siapa yang terkuat. Nah, tapi bagaimana jika yang disabung adalah sapu tangan? Tradisi sabung sapu tangan ini juga ditampilkan para pelajar pada acara Kirab Prestasi Pelajar di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (1/5).

Tarian "Pa’bitte Passapu" merupakan tarian adat Ammatoa Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Sebelumnya, masyarakat etnis Makassar, termasuk kaum bangsawan, menggemari permainan sabung ayam, karena ekspresi keberanian seseorang bisa tampak dari sabung ayam. Maka dari itulah banyak anak raja dan pengawal istana terjun ke arena sabung ayam hanya untuk menunjukkan keberanian mereka, yang dibarengi dengan taruhan.

Kemudian, setelah Islam masuk di Kerajaan Gowa—yang menjadi induk kerajaan Makassar—sabung ayam perlahan-lahan dihilangkan. Sabung ayam dianggap sebagai judi, juga penyiksaan terhadap binatang.

Masyarakat pun mencari hal lain yang bisa diadu untuk menghibur diri sekaligus menyalurkan minat mereka. Makanya, terciptalah tarian "Pa'bitte Passapu" yang menyabung sapu tangan (passapu). Pada tarian ini, sapu tangan dianggap sebagai ayam yang disabungkan.

Sekarang ini,"Pa'bitte Passapu" menjadi tarian untuk menjemput tamu adat atau acara pernikahan. Tarian ini diiringi nyanyian dan alat musik sembari menyabung sapu tangan atau pun ikat kepala.

Selain adu ayam dan sapu tangan, ada pula tradisi adu lembu setelah panen raya di Aceh. Simak infonya dalam artikel berikut: Usai Panen Raya, Lembu Jantan Aceh pun Diadu.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan