Sorry Sindrome, Ketika Seseorang Terus Minta Maaf

Rabu, 19 Juli 2023 - Andreas Pranatalta

APAKAH kamu punya teman yang terus-terusan meminta maaf padahal ia tidak salah? Perilaku ini disebut juga dengan sorry syndrome. Namun, jika berlangsung terus-menerus, kualitas hidup dan kehidupan sosial orang dengan sorry syndrome bisa terganggu.

Minta maaf saat melakukan kesalahan merupakan hal yang normal. Meski dapat terjadi pada siapa saja, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa sorry syndrome lebih sering terjadi pada perempuan daripada pria.

Dilansir Alodokter, beberapa penelitian menyatakna bahwa trauma masa lalu, seperti korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa menjadi salah satu penyebabnya. Seseorang yang menjadi korban KDRT cenderung selalu minta maaf dan berusaha patuh dengan pasangan, orang tua, atau saudaranya agar terhindar dari kekerasan lebih lanjut.

Baca juga:

Enggak Usah Malu Minta Maaf Duluan Meski Lebih Tua

Sorry Sindrome, Ketika Seseorang Terus Minta Maaf
Kamu juga bisa menggantikan kata maaf menjadi terima kasih. (Foto: Unsplash/Milada Vigerova)

Pada anak, pola asuh orang tua yang terlalu kritis atau otoriter juga bisa membuat anak merasa terus bersalah dan akhirnya terus-menerus minta maaf. Hal ini dapat memicu kurangnya rasa percaya diri anak dan rasa bersalah “palsu”.

Sorry syndrome juga sering dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan sosial, gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif komplusif (OCD), gangguan kepribadian ambang (BPD), serta gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Ada beberapa tanda seseorang mengalami sorry syndrome, seperti minta maaf pada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, minta maaf atas kesalahan orang lain, dan minta maaf kepada benda mati.

Baca juga:

Mpok Minah 'The Queen' of Minta Maaf

Sorry Sindrome, Ketika Seseorang Terus Minta Maaf
Sorry syndrome juga sering dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan mental. (Foto: Unsplash/Felix Koutchinski)

Meski tergolong sebagai perilaku yang sopan, tetapi jika dilakukan secara berlebihan bisa membuat permintaa maaf terlihat tidak tulus. Bahkan, orang yang selalu minta maaf akan tampak lemah sehingga membuat orang lain merendahkan dirinya. Penanganan sorry syndrome perlu disesuaikan dengan penyebabnya.

Jika sindrom tersebut disebabkan oleh kesehatan mental tertenu, orang dengan sorry syndrome perlu mendapatkan perawatan, seperti psikoterapi atau obat-obatan tertentu, dari dokter. Kamu juga bisa belajar untuk mulai mengendalikan diri agar tidak terlalu sering minta maaf, terutama saat tidak melakukan kesalahan. Belajar untuk menempatkan dengan benar kapan harus menggunakan ungkapan maaf dengan tepat.

Kamu juga bisa menggantikan kata maaf menjadi terima kasih. Misalnya, daripada mengucapkan "maaf saya terlambat" sebaiknya ubah kalimat tersebut menjadi "terima kasih sudah menunggu". (and)

Baca Juga:

Yuk, Belajar Minta Maaf dari 5 Film Indonesia ini

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan