Jangan Pernah Patah Hati, Buruk Akibatnya

Selasa, 29 Januari 2019 - Zaimul Haq Elfan Habib

SAAT orang yang sangat kamu sayangi tiba-tiba pergi tanpa permisi. Seketika rasa sedih yang besar datang dan mempengaruhi jiwa. Emosi tak terkendali, angan berlarian, hingga selera makan hilang entah kemana.

Jika kamu merasakan hal di atas, dipastikan kamu sedang dilanda sensasi patah hati atau sindrom patah hati. Seperti dilansir Go-Dok, vonis tersebut merujuk kepada hasil sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang pada 1991.

1. Mengenal sindrom patah hati

Sindrom Patah Hati. (Pixabay/Counselling)
Sindrom patah hati berdampak pada badan. (Foto: Pixabay/Counselling)

Sejatinya, sindrom patah hati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan keluhan yang dirasakan ketika mengalami patah hati. Ketika kamu mengalami kondisi ini, akan terjadi pengembungan pada satu sisi jantung sehingga jantung berukuran tidak normal, karena adanya lonjakan hormon stres yang diakibatkan karena patah hati.

Tentunya, hal ini akan membuat fungsi jantung terganggu. Hasilnya, jantung tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Kondisi jantung yang tidak normal inilah yang kemudian menyebabkan rasa nyeri pada dada dan sesak napas.

2. Penyebab sindrom patah hati

Penyebab patah hati (Pixabay/pixel2013)
Adanya peristiwa traumatis menjadi penyebab sindrom ini. (Foto: Pixabay/pixel2013)

Penyebab sindrom patah hati karena adanya peristiwa traumatis yang dialami. Seperti perpisahan atau kehilangan seseorang yang disayangi. Meskipun begitu, hingga saat ini para ahli kesehatan belum berhasil menemukan penyebab pasti. Maupun hubungan sindrom ini dengan patah hati.

Pengaruhnya terhadap perubahan ukuran jantung menjadi abnormal pun belum ditemukan. Meskipun begitu, perlu kamu ketahui bahwa 75 persen dari keseluruhan kasus sindrom patah hati dialami oleh wanita dan hanya sisanya dialami oleh pria.

3. Gejala sindrom patah hati

Sindrom patah hati. (Pixabay/Pexels)
Dada nyeri bukan berarti samit jantung.. (Foto: Pixabay/Pexels)

Nah, harus kamu ketahui bahwa sindrom patah-hati ini memiliki gejala yang hampir sama seperti penyakit jantung;

Dada terasa nyeri dan napas terasa sesak dan hal ini terjadi. Meskipun kamu tidak memiliki penyakit jantung dalam keluarga

Ritme atau detak jantung menjadi tidak teratur

Untuk beberapa kasus yang jarang sekali terjadi, rasa nyeri dan sesak bisa disertai dengan perasaan mual dan muntah.

4. Perbedaannya dengan Sakit Jantung

Gambar Jantung. (Pixabay/Pexels)
Patah hati memberikan gangguan kesehatan seperti gejala sakit tertentu. (Foto: Pixabay/Pexels)

Karena memiliki gejala-gejala yang hampir sama. Banyak orang yang kemudian salah menduga dirinya terkena penyakit jantung. Jangan salah! Pemikiran tersebut tidaklah benar, sebab nyatanya broken heart syndrome memiliki gejala yang berbeda dengan penyakit jantung.

Mereka yang mengalami broken heart syndrome memiliki arteri koroner normal, tanpa penyumbatan dan pengumpalan dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Jantung menjadi bermasalah bukan karena sakit, melainkan karena munculnya hormon stres yang mempengaruhi kondisi emosional atau fisik akibat terjadinya suatu peristiwa tragis.

5. Dapatkah Kondisi ini terulang kembali?

Patah hati. (Pixabay/DanaTentis)
Patah hati. (Foto: Pixabay/DanaTentis)

Sejatinya, setiap orang memiliki kemungkinan 10 persen hingga 15 persen untuk kembali mengalami broken heart syndrome. Sindrom ini bisa terjadi secara berulang, yang disebabkan karena hal-hal yang berbeda. Seperti patah hati, kehilangan seseorang yang dicintai karena musibah, perasaan tertekan, dan stres yang berlebihan. (zaim)

Baca Juga: Patah Hati? Begini Cara Mengatasinya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan