Sempat Deflasi 4 Bulan Berturut-turut, Solo Alami Inflasi 1,69 Persen pada September

Minggu, 06 Oktober 2024 - Soffi Amira

MerahPutih.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Solo mencatat, Solo mengalami inflasi sebesar 1,69 persen pada September 2024 lalu.

Inflasi tersebut terjadi setelah mengalami deflasi selama empat bulan secara berturut-turut, yaitu dari Mei hingga Agustus 2024.

Berdasarkan catatan BPS Solo, angka inflasi 1,69 persen relatif lebih rendah selama 2023 hingga September 2024. Seperti pada Januari 2023 sebesar 6,97 persen yang ditutup sebesar 3,2 persen pada Desember 2023.

Sedangkan untuk Januari 2024, inflasi sebesar 2,67 persen dan tertinggi pada April, yaitu 3,34 persen hingga terkontrol di September 2024 sebesar 1,69 persen.

Baca juga:

Kepala Daerah Miliki Modus Akali Inflasi, Ini Kata Sri Mulyani

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo, Ratna Setyowati mengatakan, inflasi disebabkan karena adanya kenaikan harga pada kelompok rekreasi sebesar 4,25 persen, kelompok perawatan pribadi sebesar 4,24 persen, dan kelompok pendidikan sebesar 3.29 persen.

“Solo bulan September ini mengalami inflasi, setelah empat bulan lamanya mengalami deflasi (Mei-Agustus),” kata Ratna, Minggu (6/10).

Ia menyebutkan, indeks harga konsumen (IHK) juga meningkat dari 104,52 pada September 2023 menjadi 106,29 pada September 2024.

Sementara untuk angka Inflasi month to month (M-to-M) di kota Solo pada September adalah sebesar 0,02 persen. Lalu, tingkat inflasi dari tahun kalender year to date dari kondisi Desember 2023 hingga September 2024 sebesar 0,76 persen.

Baca juga:

KPU Batasi Dana Kampanye Pilkada Solo Per Paslon Maksimal Rp 39 Miliar

“Pergerakan fluktuasi inflasi ini dari tahun ke tahun bisa kita lihat di kondisi September menjadi suatu titik kembalinya perekonomian indonesia menjadi kegalauan beberapa analis ekonom karena selalu deflasi,” katanya.

Ia mengungkapkan, penyumbang terbesar inflasi pada September 2024 tersebut adalah kelompok akademi atau perguruan tinggi, bahan bakar rumah tangga, kopi, mobil, dan susu bubuk.

Inflasi terpicu dari kelompok akademi atau perguruan tinggi mengingat pada September itu merupakan masa tahun ajaran baru di perguruan tinggi. Sedangkan tren konsumsi kopi, meningkat menyusul menjamurnya kafe-kafe di wilayah Solo dan sekitarnya.

"Dari harga kopi menunjukkan adanya kenaikan. Jadi fenomena konsumsi kopi dengan adanya kafe-kafe ini mulai tercatat yang berarti orang yang mengkonsumsi kopi ini menjadi lebih banyak sehingga memberikan andil terhadap pergerakan inflasi Solo," tutur dia.

Sementara di sisi lain, ada komoditas yang mengalami penurunan harga, sehingga memberikan sumbangan deflasi, seperti cabai rawit merah, daging ayam, dan telur ayam. (Ismail/Jawa Tengah).

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan