Menengok Sejarah Tsunami di Indonesia, Nomor 3 Pernah Melanda Anyer!

Minggu, 23 Desember 2018 - Zaimul Haq Elfan Habib

TSUNAMI di perairan sekitar Selat Sunda, menerjang kawasan Anyer, Banten, dan Lampung (23/12). Kerusakan fasilitas umum dan sosial, rumah, hotel, dan juga korban jiwa berjatuhan. Kejadian ini mengingatkan banyak orang dengan tsunami di Aceh pada tahun 2004.

Enggak hanya terjadi di dua lokasi tersebut, di masa lalu tsunami besar pun pernah menimpa beberapa wilayah Nusantara. Desa-desa di sekitar wilayah tsunami porak-poranda, dan menimbulkan korban jiwa berjumlah ribuan.

Bahkan, gempa diiringi tsunami pun pernah terjadi di Anyer, Banten. Penasaran? Berikut masa lalu tsunami di beberapa derah;

1. Tsunami Ambon 1647

tsunami ambon
Georg Eberhard Rumphius. (wikimedia.com)

Suara gemuruh diiringi gelombang besar air laut melumat pulau Ambon dan Seram pada 17 Februari 1674. Naturalis Georg Everhard Rumphuis mendokumentasikan secara lengkap kejadian tsunami terbesar di Maluku pada catatan bertajuk Amboina.

Gempa mengguncang kawasan Hitu, Leytimor, Seram, Nusatelo, Buro, Amblau, Honimoa, Kelang, Bonoa, Nusalaut, Manipa, dan sekitarnya pada pukul 19.30. Orang-orang berlarian menuju tanah lapang di bawah benteng. Tak lama, gelombang besar setinggi 3 meter menerjang.

Air laut menyapu rumah-rumah di beberapa desa dan batuan koral besar terlempar dari tepi pantai. Rumphuis melaprokan sebanyak 2.243 orang meninggal.

2. Tsunami Bali 1815

tsunami bali
Babad Ratu Panji Sakti merekam kejadian tsunami di Bali tahun 1815. (archive.org)

Guncangan gempa disusul terjangan gelombang besar air memporakporanda wilayah Bali pada 22 November 1815.

Getaran gempa, seturut naskah bali koleksi AAN Sentanu di Puri Ayodya Singaraja, dikutip Kompas, 22 Juli 2017, memicu retakan di bagian pegunungan hingga longsor menimpa ibukota Buleleng. Jalur antardesa terputus.

Tak lama berselang, air besar datang menyapu desa-desa. Laporan tsunami tersebut juga terekam pada Babad Buleleng dan Babad Ratu Panji Sakti. Tercatat sebanyak 10.523 jiwa melayang akibat gempa disertai tsunami di Bali 1815.

3. Tsunami Anyer 1883

Usai letusan dahsyat Gunung Krakatau pada 1883, datang gelombang air laut tinggi di Anyer, Banten. Pada 26 Agustus 1833, menurut Rudolf Mrazek dalam Engineers of Happy Land: Technology and Nationalism in a Colony, di Anyer sebuah kota kecil menghadap Krakatau, terdengar suara halilintar dan terliat kilatannya.

Esoknya, telegram penghubung Anyer dan salah satu provinsi terdekat, Serang, terputus. Ketika kilatan petir mereda dan seluruh warga Anyer beranjak tidur, gelombang air besar melumat semua benda di sekitarnya.

Gelombang air besar, mengutip laporan RA van Sandick, In het Rijk van Vulcaan: de Uitbarsting van Krakatau en Hare Gevolgen, seperti tercantum pada Mrazek, hadir secara tiba-tiba. Beberapa bangunan hancur. Mercusuar runtuh. Bangunan penjara luluh lantah dan seluruh narapidana lenyap.

Sementara, di Batavia (Jakarta) terjadi kepanikan. Peralatan magnetik di Institut Meteorologi, menurut Mrazek, tidak bisa merekam dan mendeteksi gejala tsunami. (*)

Baca Juga: Lima Penjelasan Ahli Vulkanologi Terkait Letusan Anak Krakatau dan Tsunami

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan