Lima Penjelasan Ahli Vulkanologi Terkait Letusan Anak Krakatau dan Tsunami
Aktivitas anak Krakatau. (Foto: grid.id)
MerahPutih.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memaparkan data untuk menjelaskan kaitan letusan gunung Anak Krakatau dan tsunami di Selat Sunda.
Kepala PVMBG Kementerian ESDM Kasbani menyampaikan bahwa saat ini masih mendalami kedua kaitan gejala alam tersebut. Namun, PVMBG sudah mendapatkan data awal untuk pendalaman.
Pada pukul 21.03 WIB, Sabtu (22/12) terjadi letusan di Anak Krakatau, selang beberapa lama ada info tsunami.
PVMBG menjelaskan aktivitas Gunung Anak Krakatau hingga menimbulkan tsunami dirasa belum cukup kuat berdasar data yang mengarahkan penyebab tersebut.
"Pertama; saat rekaman getaran tremor tertinggi yang selama ini terjadi sejak bulan Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut bahkan hingga tsunami. Kedua; material lontaran saat letusan yang jatuh di sekitar tubuh gunung," kata Kasbani di Jakarta, Minggu (23/12).
Selanjutnya, ia mengatakan bahwa untuk menimbulkan tsunami sebesar itu perlu ada runtuhan yang cukup masive (besar) yang masuk ke dalam kolom air laut.
"Lalu yang keempat; untuk merontokkan bagian tubuh yang longsor ke bagian laut diperlukan energi yang cukup besar, ini tidak terdeksi oleh seismograph di pos pengamatan gunungapi. Kelima; masih perlu data-data untuk dikorelasikan antara letusan gunungapi dengan tsunami," ungkapnya.
Potensi Bencana Erupsi Gunung Krakatau, Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter kurang lebih 2 Km merupakan kawasan rawan bencana.
Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya dari aktifitas Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2 km dari pusat erupsi. Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 23 Desember 2018, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap Level II (Waspada).
Sehubungan dengan status Level II (Waspada) tersebut, direkomendasikan kepada masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Krakatau dalam radius 2 km dari Kawah.
Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat.
Bagikan
Berita Terkait
Bencana Longsor di Banjarnegara, 10 Tewas dan Belasan Lainnya masih Hilang, Ratusan Pengungsi Butuh Pertolongan
Update Pencarian Korban Longsor Cilacap: 20 Orang Tewas, 3 Orang Masih Hilang
Gempa Tektonik Magnitudo 6 di Laut Banda, Tidak Ada Ancaman Tsunami
Tim SAR Temukan 2 Korban Longsor Banjarnegara, Puluhan Orang Diduga Masih Hilang
Gunung Semeru Erupsi, DPR Minta Pemerintah Gerak Cepat Kurangi Risiko Bencana
Gunung Semeru Catat 32 Kali Gempa hingga Hari ini, Warga Diminta Kurangi Aktivitas di Sekitar Lokasi
Ribuan Rumah Di Cirebon Terdampak Banjir, Sungai Ciberes Meluap
Erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Basarnas hingga TNI/Polri Dikerahkan ke Sejumlah Titik untuk Percepat Evakuasi Korban
300 Orang Mengungsi akibat Erupsi Gunung Semeru, BNPB Pastikan Belum Ada Korban Jiwa
Semeru Meletus, Puluhan Pendaki Terjebak di Pos Ranu Kumbolo