Sebelum Serius, Kenali Gaslighting dalam Toxic Relationship
Selasa, 01 Desember 2020 -
APAKAH saat ini kamu mau beranjak lebih serius dalam dating yang sedang dilakoni? Sebelum mengambil keputusan tersebut, ada baiknya mengecek apakah hubunganmu tergolong dalam toxic relationship?
Salah satu indikasi toxic relationship ialah ada tidaknya gaslighting. Istilah ini mungkin sudah sering kamu dengar, tapi apa maksudnya? Gaslighting adalah istilah populer untuk menggambarkan kondisi atau situasi yang dilakukan seseorang untuk memanipulasi dengan cara membalikkan ucapan. Tujuannya agar kamu mempertanyakan kembali tindakan yang telah dilakukan hingga terjerat dengan rasa bersalah.
BACA JUGA:
Cukup rumit bukan? Karena itulah, pelaku gaslighting sangat berbahaya bagi kamu. Dia jelas memiliki tujuan menjebakmu dalam hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship.
Strategi manipulasi itu mampu mengikat korban dalam sebuah toxic relationship sampai berhasil dan berpotensi besar mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam hubungan, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan seksual (KS), kekerasan berbasis gender baik daring maupun tidak (KGBO), dan kekerasan dalam hubungan berpacaran (KDP).
Jadi nih, penting banget bagi kamu untuk dapat mengenali tanda-tanda tengah mengalami gaslighting.
1. Muncul Penyesalan

Pelaku secara tidak sadar melakukan pencucian otak dan mengontrol perasaan-perasaanmu melalui permainan psikologisnya. Tindakan ini membuat kamu merasa bersalah dan berusaha memohon maaf.
Mirisnya, isu seperti ini sering kali terjadi pada korban kekerasan seksual karena sehingga mereka merasa menyesal dan merasa harus 'membalas' kesalahannya dengan memenuhi keinginan pelaku. Saat ini terjadi, korban merasa dirinya menjadi penyebab masalah yang terjadi, padahal sebaliknya.
2. Merasa Sulit untuk Melepaskan

Di sisi lain, gaslighting yang dieksekusi dengan baik tidak akan kamu sadari. Akibatnya, kamu merasa ada kejanggalan dalam relasi yang terjalin. Setelah menyadarinya pun kamu akan merasa berat atau bahkan merasa tidak mungkin untuk memutuskan hubungan begitu saja.
Walau jelas pelaku sangatlah merugikan psikologis dan menjauhkanmu dari kebahagiaan yang seharusnya muncul dalam sebuah hubungan.
3. Menjadikan Apa yang Kamu Hargai Sebagai Senjata

Mempelajari kelemahan-kelemahanmu merupakan salah satu komponen yang membantu pelaku melanggengkan taktik gaslighting-nya. Termasuk menjadikan hal-hal yang sangat kamu hargai keberadaannya sebagai bentuk ancaman atau 'senjata'.
Tidak ada batasan dalam hal ini bisa saja mengancam privasimu dengan mengancam menyebarkan konten seksual atau video dan foto atas dirimu seperti yang dilakukan pelaku kekerasan gender berbasis online (KGBO) kepada korban-korbannya.
4. Membuat Kamu Mempertanyakan Diri Sendiri

Pelaku yang memiliki kecenderungan untuk melakukan proyeksi dan membalikkan fakta memang membuat jebakan mental tersebut untuk membuat kamu terus mempertanyakan diri sendiri seperti:
“Apakah ini semua terjadi karena sifatku yang … ?”
“Apakah yang tadi kuucapkan menyakiti hatinya?”
“Apakah aku harus berhenti meragukannya?”
“Apakah benar ini semua salahku?”
“Apakah aku kurang baik?”
Semua itu semata untuk membuat kamu terus menyesal dan siap melakukan apapun untuk pelaku.
Jika kamu mengalami atau mengetahui orang-orang dengan indikasi tersebut di atas, ketahuilah tidak perlu takut untuk melakukan apa yang terbaik untuk kebahagiaan dan kesehatan psikologis. Jangan biarkan pelaku menjeratmu dalam rasa sesal dan terperangkap dalam siklus yang sama. Hubungan yang sehat seharusnya membawa dampak positif, bukan sebaliknya.(Aru)
BACA JUGA: