Sayang Anak Sangatlah Penting, Tapi Jangan Lupa untuk Mencintai Pasanganmu
Minggu, 12 Mei 2019 -
CINTA dan kasih sayang bukanlah sesuatu emosi yang bisa diatur besar kecilnya. Ketika kamu jatuh cinta dengan seseorang, menikahinya, serta memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupmu bersamanya, maka seharusnya kamu telah mempertimbangkan dengan bijak dan matang akan keputusanmu, dan tentunya dibutuhkan kasih sayang serta rasa cinta yang sangat besar untuk bisa berani berkomitmen menjalani suka duka bersama sampai akhir hayat.
Ketika telah berkeluarga, peran anak menjadi suatu aspek penting dalam keluarga. Cinta orang tua kepada anaknya merupakan hal yang tidak bisa dibayangkan besarnya, dan orang tua rela melakukan apapun untuk mempersiapkan yang terbaik untuk anaknya.
Baca juga:
Ayo Laksanakan Fungsi Keluarga dengan Baik
Menerapkan Keluarga Berencana, Haruskah?
Tidak jarang orang tua bisa melakukan hal aneh karena rasa sayang mereka yang terlalu besar, mulai dari begadang untuk membuat tugas sekolah anak mereka, membanting tulang agar anak-anaknya bisa mendapat pendidikan di tempat terbaik, sampai utang sana sini untuk memenuhi kebutuhan anak.
Kalian boleh saja mencintai anak sebesar apapun, namun ada satu hal penting yang seharusnya tidak lupa kamu lakukan. Dilansir dari time, mencintai anak lebih dari pasangan kamu sendiri bukanlah hal yang seharusnya kamu lakukan. Bagaimana kesimpulan ini bisa diambil? Mari kita telaah lebih jauh.
1. Sangat mencintai anakmu bukanlah suatu kesalahan

Mencintai anak dan menjadikan mereka sebagai prioritas tentunya bukanlah hal yang salah.Anak-anak masih belum bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga segala kebutuhannya terkadang sungguh mendesak dan sulit dipastikan, yang mana membutuhkan prioritas dalam suatu keluarga.
Keadaan ini membuat para orang tua melakukan "pengabdian" kepada anak, mulai dari mengantar jemput mereka pagi-pagi ke sekolah, membuatkan bekal, memilihkan pakaian yang cocok untuknya. Mencintai anak dianalogikan dengan belajar di sekolah, kamu wajib melakukannya dan tidak punya punya pilihan lain untuk mengelak.
2. Mencintai pasangan diibaratkan belajar di perguruan tinggi

Ketika membahas tentang mencintai pasangan, maka analoginya akan berbeda.Mencintai pasangan diibaratkan belajar di perguruan tinggi, kamu memiliki kebebasan untuk memilih, hadir dan berpartisipasi, atau tidak.
Kamu telah memilih pasanganmu sebagai orang yang akan menemani suka dan dukamu, bahkan hidup untukmu, serta berhasil mengkaruniakan kamu sosok anak yang kamu cintai, bukankah sepatutnya kamu lebih mencintai pasanganmu ketimbang anak?
3. Semua demi kebaikan sang anak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orangtuanya saling mencintai cenderung lebih bahagia dan lebih terkendali daripada mereka yang dibesarkan di lingkungan yang kurang kasih sayang.
Anak-anak akan memiliki role model atau panutan mengenai bagaimana seharusnya suatu hubungan itu terjalin, serta bagaimana seseorang seharusnya memperlakukan satu sama lain.
Studi dan penelitian juga memberikan kesimpulan bahwa ketegangan yang terjadi dalam hubungan suami istri bisa merembet ke dalam interaksi mereka dengan anak, terutama sosok ayah.
Anak-anak yang orang tuanya tidak akur sering kali menyalahkan diri mereka sendiri sebagai penyebabnya, dan membuat performa pendidikan mereka di sekolah menurun.
Menurut survei yang dilakukan terhadap 40,000 rumah tangga di Inggris pada tahun 2014, mengungkapkan bahwa remaja akan merasa paling bahagia ketika melihat ibunya bahagia terhadap hubungannya dengan pasangan laki-laki mereka.
Kemudian anak-anak yang menjadi korban dari perceraian orangtuanya biasanya cenderung lebih tidak bahagia. Ini menjadi salah satu alasan mengapa mencintai pasanganmu itu menjadi kunci dari keharmonisan suatu keluarga.
4. Mana yang lebih penting, anak atau pernikahan yang harmonis?

Ketika Pew Research melakukan survei pada anak muda mengenai mana yang lebih penting antara anak atau pernikahan harmonis demi mencapai kehidupan yang bahagia, jawaban anak menang dengan selisih tiga kali lipat ketimbang hasil survei yang dilakukan pada tahun 1997.
Tetapi, mempertaruhkan kebahagiaanmu kepada keturunan merupakan strategi jangka pendek yang berbahaya.Anak-anak yang imut dan manja dengan cepat akan beranjak dewasa.
Kemudian mereka akan memiliki kehidupan mereka sendiri dan akan berusaha mengurus hidup mereka sendiri, dan segala kehidupan mereka bukan lagi menjadi tanggungjawab kamu.
Ketika kamu telah menyelesaikan pekerjaanmu sebagai orang tua, kamu akan menghabiskan sisa waktumu dengan pasanganmu, sementara anak-anakmu telah sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing.
Orang tua dapat sangat menginvestasikan waktu mereka untuk pemeliharaan anak, sampai terkadang mereka lupa bahwa mendidik anak adalah tugas kedua orangtua sebagai tim, bukan menjadi satu-satunya alasan kenapa suatu pasangan masih bersama.
5. "The middle-aged blur"

Karl Pillemer, ahli gerontologi (ilmu tentang orang lanjut usia) telah melakukan wawancara kepada 700 pasangan untuk kepentingan bukunya yang berjudul 30 Lessons for Loving, dan kesimpulan yang di dapat dari hasil wawancaranya menjelaskan tentang tanda berbahaya ketika pasangan memasuki usia paruh baya.
"The middle-aged blur" diartikan sebagai kondisi dimana ketika pasangan berusia paruh baya yang disibukkan dengan urusan anak, berbagai aktivitas, serta pekerjaan sehingga mengabaikan seberapa pentingnya hubungan terhadap pasangan mereka.
Hanya sebagian kecil dari mereka yang mengingat waktu yang mereka habiskan bersama pasangan, dan kebanyakan quality time dengan pasanganlah yang akan "dikorbankan" untuk anak, pekerjaan, dan lain-lain.
"Berkali-kali orang baru menyadari bahwa pada usia 50 atau 55 tahun mereka tidak akan bisa pergi ke restoran dan bercakap-cakap dengan pasangan mereka", jelas Pillemer.
6. Anak bukanlah alasan kalian hidup bersama, melainkan karunia atas cinta kalian berdua

Yang harus diingat dan dipahami adalah anak bukanlah alasan kebersamaan kalian. Anak merupakan sosok karunia menarik yang ada karena kalian berdua.
Kamu tidak boleh mengabaikan sosok pasangan karena mereka merupakan titik awal mengapa sosok anak yang sangat kamu cintai ini hadir di dalam hidupmu. (shn)