Rupiah Terkapar Digempur Sentimen Eksternal
Senin, 14 Desember 2015 -
MerahPutih Keuangan - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada penutupan sore melemah tajam. Posisi mata uang rupiah terhadap dollar AS tembus Rp14.100 per dollar AS.
Mengutip data Bloomberg, Senin (14/12) sore nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah 130 poin atau sekira 0,93 persen. Rupiah pada pukul 18.30 wib terpantau ambles ke Rp14.122 per dollar AS.
Sedangkan data Yahoo Finance nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah ke Rp14.150 per dollar AS. Sedangkan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) rupiah berada di Rp14.076 per dollar AS atau melemah dibandingkan hari sebelumnya (11/12) di posisi Rp13.937 per dolar AS..
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengharapkan bahwa bank sentral AS/The Fed tidak menunda kembali rencananya untuk menaikkan suku bunga acuannya sehingga ketidakpastian di pasar keuangan berkurang.
"Ketidakpastian masih menyelimuti pasar keuangan pasar global, termasuk di Indonesia mengenai rencana the Fed, diharapkan kenaikan suku bunga tidak ditunda seperti pada pertemuan FOMC sebelumnya," katanya di Jakarta, seperti dikutip Antara.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 19,33 poin atau 0,44 persen menjadi 4.374,19. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 3,51 poin (0,46 persen) menjadi 748,12.
Hal ini maraknya sentimen negatif yang datang dari eksternal. Analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya mengatakan akumulasi sentimen-sentimen yang beredar dari eksternal seperti bursa saham global yang bergerak turun, melemahnya harga minyak mentah dunia ke level 35 dolar AS per dolar AS, serta penantian agenda Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 15-16 Desember mendatang perihal kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate), menjadi sentimen negatif bagi IHSG BEI.
"Sentimen-sentimen itu yang mendasari sebagian besar pelaku pasar saham masih melakukan aksi jual sehingga menekan IHSG BEI," katanya.
Kendati demikian, ia mengatakan meski IHSG BEI melemah, namun pelaku pasar saham di dalam negeri dapat memanfaatkan kesempatan yang ada saat ini untuk melakukan akumulasi pembelian dengan pola investasi jangka menengah-panjang.
BACA JUGA: