Risiko Konsumsi Daging Ayam Berlebihan
Senin, 02 September 2024 -
MerahPutih.com- Konsumsi berbagai makanan hewani, termasuk daging ayam, juka memiliko risiko jika berlebih.
Konsumsi dagingayam memiliki lima risiko tidak baik baik tubuh. Padahal, daging ayam merupakan komoditas yang sangat tinggi dikonsumsi di Indonesia.
Konsumsi daging ayam sering kali dianggap sebagai pilihan yang lebih sehat dibandingkan dengan daging merah.
Studi dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa ayam dapat membawa risiko kesehatan yang signifikan, mulai dari karsinogen hingga patogen berbahaya yang berpotensi menyebabkan penyakit serius.
Baca juga:
Terima Hasil Tes Kesehatan 3 Paslon Hari Ini, KPU Jakarta Beberkan yang Harus Dipenuhi
Dilansir dari Physicians Committee for Responsible medicine mejelaskan risiko penyakit konsumsi ayamo://www.pcrm.org/good-nutrition/nutrition-information/chicken
1. Karsinogen dalam Ayam
Salah satu risiko terbesar yang tersembunyi dalam ayam adalah keberadaan karsinogen, yang merupakan zat yang dapat menyebabkan kanker.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Komite Dokter dan didasarkan pada uji laboratorium independen, ditemukan bahwa 100 persen dari 100 sampel ayam panggang dari restoran terkenal di California mengandung PhIP, karsinogen yang diakui oleh pemerintah federal.
PhIP, yang terbentuk secara aami saat jaringan ayam terkena panas tinggi, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara, prostat, dan kanker lainnya.
Selain PhIP, ayam juga diketahui menghasilkan senyawa karsinogenik lainnya yang dikenal sebagai amina heterosiklik (HCA) saat dimasak pada suhu tinggi. Sejak tahun 1970-an, HCA telah dikaitkan dengan kanker.
Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu memasak, semakin banyak HCA yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa teknik memasak yang salah dapat meningkatkan risiko kesehatan yang serius.
2. Kolesterol dan Lemak dalam Ayam
Sementara banyak orang beralih ke daging ayam untuk menghindari tingginya kolesterol yang sering dikaitkan dengan daging merah, penelitian menunjukkan bahwa ayam tidak jauh lebih baik dalam hal ini.
Sebuah studi menunjukkan bahwa daging putih seperti ayam dan kalkun meningkatkan kadar kolesterol LDL, atau kolesterol "jahat", pada tingkat yang hampir sama dengan daging merah.
Selain itu, daging ayam juga kaya akan lemak, dengan sekitar 50 persen dari komposisi dagingnya adalah lemak, dan 30 persen di antaranya adalah lemak jenuh. Lemak jenuh ini berperan dalam meningkatkan produksi kolesterol dalam tubuh, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
3. Risiko Patogen dalam Unggas
Salah satu bahaya utama dari konsumsi ayam adalah risiko terpapar patogen yang dapat menyebabkan penyakit serius. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat jatuh sakit setiap tahun akibat mengonsumsi produk unggas yang terkontaminasi.
Sebuah studi tahun 2017 mengungkapkan bahwa unggas merupakan penyebab utama wabah, penyakit, dan rawat inap akibat makanan di negara tersebut.
Infeksi dari bakteri seperti Campylobacter dan Salmonella, yang sering ditemukan pada ayam, sedang meningkat.
Campylobacter menyebabkan diare berdarah dan sering kali memerlukan rawat inap. Sementara itu, Salmonella, penyebab kedua paling umum dari penyakit bawaan makanan, dapat menyebabkan diare, demam, dan kram perut.
Pada tahun 2018, infeksi Salmonella meningkat 9 persen dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, menandakan bahwa masalah ini semakin parah.
4. Infeksi Saluran Kemih dari Ayam
Selain risiko langsung dari penyakit bawaan makanan, ayam juga dikaitkan dengan infeksi saluran kemih (ISK) yang parah.
Jenis E. coli tertentu, yang sering ditemukan dalam kotoran ayam, dapat berpindah ke manusia dan menyebabkan ISK. E. coli ST131, yang ditemukan dalam produk ayam, sangat mahir berpindah dari kandung kemih ke darah, menyebabkan infeksi yang mematikan.
Studi yang diterbitkan oleh CDC menunjukkan bahwa sebagian besar E. coli yang menyebabkan ISK ditelan melalui produk daging, dengan ayam sebagai sumber utama. Ini menjadi lebih mengkhawatirkan mengingat bahwa banyak strain E. coli ini resistan terhadap antibiotik, membuat pengobatan menjadi lebih sulit dan mahal.
5.Ancaman Resistensi Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang berlebihan pada hewan ternak, termasuk ayam, juga berkontribusi terhadap meningkatnya ancaman resistensi antibiotik.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hingga 80 persen dari total konsumsi antibiotik di banyak negara berasal dari sektor peternakan.
Hal ini menciptakan strain bakteri yang resistan terhadap obat, yang dapat menyebar ke manusia dan menyebabkan infeksi yang sulit diobati.
Menurut CDC, lebih dari 2,8 juta infeksi yang resistan terhadap antibiotik terjadi di Amerika Serikat setiap tahun, menyebabkan lebih dari 35.000 kematian.
Studi di Arizona menemukan bahwa 88 persen sampel ayam yang diuji terkontaminasi dengan E. coli, dengan sebagian besar strainnya resistan terhadap beberapa antibiotik. (Tka)