Quarterlife Crisis, Bukan Sakit tapi Fase Kehidupan

Rabu, 08 Desember 2021 - P Suryo R

MEMASUKI usia 20-an tahun seseorang tengah berada fase berikutnya dalam kehidupannya. Yang tadinya kehidupan penuh dengan keceriaan mendadak berhadapan dengan problematika kehidupan baru.

Melansir laman The Guardian, penelitian yang dilakukan oleh Britsih Psychologist mengatakan bahwa, semua orang pasti akan mengalami quarterlife crisis. Lantas, apa yang dimaksud dengan kondisi itu?

Baca Juga:

Survive Saat Quarter Life Crisis

krisis
Quarterlife crisis adalah fase kehidupan pada usia 20-an tahu. (Foto: Pexels/Inzmam Khan)

Melansir laman Alodokter, quarterlife crisis adalah suatu fase kehidupan dimana seseorang akan merasa cemas, takut, bingung, tidak percaya diri. Merasa kesepian dan berbagai macam perasaan negatif lainnya ketika memasuki usia 20-an dalam menentukan pilihan hidupnya.

Namun sebenarnya ini adalah kondisi yang normal saja dalam fase kehidupan. Seperti yang dituliskan oleh Dr. Amadeo D. Basfiansa di laman Alodokter, jika seseorang tidak bisa menjalankan fase kehidupan yang membingungkan ini dengan baik, itu dapat mempengerahui kesehatan mental orang tersebut seperti gangguan kecemasan dan depresi.

Menurut laman A Conscious Rethink, ada beberapa tanda seseorang mengalami kondisi ini. Pertama adalah sulitnya membuat keputusan karena semua harus diputuskan oleh diri sendiri. Walaupun hanya memutuskan hal yang sederhana saja, misalnya menentukan resto untuk makan malam. Butuh waktu untuk berpikir sebelum memutuskan.

Kemudian merasa gelisah yang sangat mendera. Ini umumnya berhubungan dengan pekerjaan, relasi dengan seseorang atau tempat tinggal. Gelisah yang terjadi bukan gelisah yang biasanya dirasakan. Biasanya seseorang merasa ingin lari dan menghindari semua orang. Ujung-ujungnya adalah menyendiri. Celakanya orang itu tidak tahu melarikan diri atau menghindari dari sesuatu.

Yang tak kalah beratnya adalah tiba-tiba iri dengan kesuksesan orang lain. Sebagai teman atau sahabat, tentunya kamu ingin merasa senang untuk kesuksesan yang telah diraih oleh temanmu. Tapi dalam hati kamu bertanya 'kapan itu akan terjadi pada diri sendiri?'. Celakanya kamu kemudian berakting senang melihat teman yang sukses.

Dari kondisi ini, kamu merasa bahwa memiliki beban yang sangat berat ketimbang orang lain. Kamu mulai memikirkan berbagai cara agar kamu bisa mendapatkan hidup yang lebih baik. Yang terpenting adalah jangan berlama-lama untuk merasa terpuruk dan berpikiran bahwa hanya hidup kamu yang berat.

Baca Juga:

Rekomendasi Buku Menarik untuk Hadapi Quarter Life Crisis

Mengatasi quarterlife crisis

krisis
Fase kehidupan ini memiliki bobot yang berbeda pada setiap orang. (Foto: Pexels/Tirachard Kumtanom)

Fase ini dialami semua orang bukan kamu saja jadi ada baiknya untuk berusaha mengatasinya dengan baik. Kamu lebih baik menerima dan mengakui fase ini. Nikmati semua proses dalam fase ini, kelak akan menjadi bagian dari pendewasaan kamu.

Jangan pernah membandingkan diri kamu dengan orang lain sudah seharusnya kamu sadari. Biarkan temen-teman yang sukses membagi kisahnya di media sosial. Ucapkan selamat dengan jujur dan berikan apresiasi yang tinggi. Jika terus membandingkan dengan kesuksesan teman akan mengendapkan kekecewaan, tertekan dan resah. Tanamkan bahwa semua orang mengalami fase kehidupan ini dengan cara-cara berbeda.

Pupuk semangat untuk terus bekerja dengan baik. Keluar dari pekerjaan bukan langkah yang baik. Apalagi dalam kondisi seperti sekarang ini, banyak usia kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan tetap bahkan menganggur. Buatlah perencanaan dan tujuan kehidupan yang bisa kamu capai.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa berada di lingkungan yang baik akan membawa pada kehidupan yang baik. Karena lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kebiasaan dan pola pikir kita saat ini. Mulailah bertahap mengubah lingkungan sekitar kamu. Seperti pindah divisi dalam lingkungan pekerjaan atau ikut organisasi yang memiliki kegiatan positif. Kamu akan bertemu orang-orang baru dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut.

Kamu harus tahu pula priotas dalam hidup. Melansir dari laman Teclife, pendidik, Dr. John Demartini, dalam bukunya The Values Factor, bahwa motivasi yang sesungguhnya datang dari sebuah inspirasi. Hal ini bisa didapat ketika seseorang sudah mengetahui nilai diri sendiri. (psr)

Baca Juga:

Usia Berapakah Manusia Mencapai Puncak Ketidakbahagiaan?

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan