Polemik Warteg di Bulan Suci Ramadan
Senin, 06 Juni 2016 -
MerahPutih Nasional - "Selamat datang bulan suci Ramadan!" Umat muslim bersuka cita menyambut bulan yang penuh berkah. Pada hari pertama berpuasa, panas terik matahari pun tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk menahan diri dari makan-minum hingga waktu berbuka tiba.
Bahkan dengan rutinitas seperti biasa, sebagian umat muslim lainnya masih ada yang begitu semangat dengan kegiatannya. Berpuasa tidak menghalangi diri untuk tetap bekerja. Seperti Ibu Sumirah, pedagang Warung Tegal (Warteg) Bahagia. Ia tetap berpuasa.
Meski bulan suci Ramadan, wanita yang memiliki tiga orang anak itu mengatakan tetap menjual aneka rupa masakannya walaupun jam operasional lebih dimundurkan.
"Tetap buka, Mas. Namun jadi siang. Saling menghormati saja, saya pun insyaallah masih berpuasa," ucap pemilik Warteg Bahagia di Jalan Kerinci, Depok II, Jawa Barat, Senin (6/6).
Warteg Bahagia. (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)
Imbauan pemerintah Kota Depok pun seolah seperti berlalu. Sumirah yang tetap menjajakan makanannya mengaku masih ada beberapa orang yang singgah menikmati hidangannya meskipun tak sebanyak bulan biasa.
"Tidak semua orang Islam. Tidak semua pula orang berpuasa. Dan ada juga sebagian kecil muslim yang tidak puasa. Pasti mereka punya alasan sendiri, Mas," ucapnya.
Masih di tempat yang sama, beberapa pengunjung warteg pun perlahan berdatangan. Dan lucunya, ada di antara mereka yang mindik-mindik memasuki arena perjamuan itu. "Tidak enak saja, Mas," kata salah seorang pengunjung yang tidak ingin disebut namanya.
Meski beragama Islam, bekerja sebagai tukang ojeg tak urung membuat dirinya tidak kuat menahan lapar dan juga haus. Ia pun mengatakan, jika sedang kuat berpuasa, tidak akan melipir meski barang sebentar ke warteg mana pun termasuk Warteg Bahagia.
Warteg Bahagia. (Foto: MerahPutih/Noer Ardiansjah)
Menanggapi ihwal demikian, Sumirah kembali mengatakan bahwa untuk menghormati orang, tidak hanya yang berpuasa. Yang tidak puasa pun tetap diberikan ruang untuk sama-sama dihormati.
Untuk itu, masih kata Sumirah, dibutuhkan rasa toleransi yang tinggi sehingga bulan suci Ramadan ini benar-benar berkah untuk semua.
Dalam hal ini, pemikiran Sumirah pun hampir serupa dengan petuah almarhum Gus Dur. Katanya, "jika kita merasa muslim terhormat, maka kita akan berpuasa dengan menghormati orang yang tidak berpuasa." (Ard)
BACA JUGA: