PM Italia Mundur Tapi Ditolak Presiden
Jumat, 15 Juli 2022 -
MerahPutih.com - Perdana Menteri Italia Mario Draghi pada Kamis (14/7), mengajukan pengunduran diri setelah adanya kekisruhan politik yang bisa membuat pemerintahan persatuan nasional jatuh setelah mereka berkuasa kurang dari 18 bulan.
Draghi mengumumkan akan mundur setelah partai koalisi Gerakan Bintang 5 tidak berhasil menopang dia dalam pemungutan suara soal kepercayaan terhadap rencananya menangani lonjakan harga berbagai kebutuhan.
Baca Juga:
Gelombang Panas Picu Kebakaran di Eropa
"Koalisi persatuan nasional pendukung pemerintahan ini sudah tak ada lagi," katanya.
Draghi (74), yang adalah mantan kepala Bank Sentral Eropa (ECB), menjabat perdana menteri sejak Februari 2021. Ia mendatangi Istana Quirinale di Roma untuk bertemu dengan Mattarella.
Namun, Mattarella mendesaknya agar mempertimbangkan kembali keputusan tersebut. Presiden meminta Draghi untuk berbicara dengan parlemen guna mendapat gambaran yang lebih jelas soal situasi politik. Draghi diperkirakan akan muncul di parlemen Rabu depan (20/7).
Sebelum itu, ia kemungkinan akan melanjutkan rencana untuk mengunjungi Aljazair, negara penting pemasok gas, pada Senin (18/7) dan Selasa (19/7), kata beberapa sumber di kalangan politik.
Ada beberapa pilihan yang bisa diambil Presiden Mattarella (81 tahun) dalam menyikapi pengunduran diri Draghi dengan membujuk Draghi untuk membentuk pemerintahan baru, mencari pemimpin sementara yang akan membimbing Italia menuju pemilihan tahun depan, atau menyelenggarakan pemilihan dini.
Partai-partai politik Italia mengalami perpecahan menyangkut berbagai masalah, seperti lonjakan biaya hidup serta langkah untuk menanggapi invasi Rusia ke Ukraina.
Perpecahan itu memburuk terkait pendekatan menjelang pemilihan umum, yang dijadwalkan berlangsung pada semester pertama 2023.
Draghi, adalah perdana menteri keenam Italia dalam satu dasawarsa terakhir ini, dipuji atas langkah-langkahnya membantu mengarahkan Italia dalam menangani krisis akibat virus corona. Sosoknya telah membantu Italia memiliki lebih banyak pengaruh di panggung internasional.
Gelombang inflasi tinggi, kenaikan harga pangan dan krisis pasokan energi tengah melanda Eropa. Kondisi ini membuat bank sentral di berbagai negara naikkan suku bunga. (*)
Baca Juga:
Komisi Eropa Nyatakan Ukraina sebagai Calon Anggota EU