Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Serang Pengakuan Negara Palestina di Forum PBB, Disambut Sorakan dan Aksi Walk Out
Sabtu, 27 September 2025 -
MERAHPUTIH.COM — DALAM sebuah adegan nan riuh, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tampil berpidato di Majelis Umum PBB. Salah poin yang disampaikan Netanyahu ialah menyerang pengakuan atas Negara Palestina oleh sejumlah negara Barat. Ia menyebut langkah pengakuan tersebut sebagai ‘tanda aib’ yang mengirimkan pesan bahwa membunuh orang Yahudi ada hasilnya.
Ketika Netanyahu baru naik ke podium, puluhan pejabat dan diplomat melakukan aksi walk out. Aksi itu membuat sebagian besar ruang sidang tampak kosong. Di luar, para demonstran yang menentang perang Israel di Gaza berkumpul di Times Square. Israel memang tengah berada di bawah tekanan besar internasional atas aksi militer mereka di Gaza. Tindakan agresi itu berpuncak pada pengakuan Negara Palestina oleh Inggris, Prancis, Kanada, Australia, dan sejumlah negara lain pekan ini.
Dalam pembukaan pidatonya, Netanyahu menampilkan sebuah peta berlabel ‘Kutukan’, yang menurutnya menunjukkan kelompok proksi Iran di seluruh Timur Tengah. Ia kemudian menyoroti operasi militer Israel sepanjang tahun lalu terhadap Hezbollah di Lebanon, Houthi di Yaman, Hamas di Gaza, dan Iran.
Ia berterima kasih kepada Presiden AS Donald Trump atas keterlibatan Amerika Serikat dalam pengeboman situs nuklir Fordo di Iran pada Juni, serta membandingkan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel dengan serangan 9/11 terhadap AS. Ia menyatakan kedua negara sedang melawan musuh yang sama, merujuk pada teriakan ‘mati untuk Amerika’ oleh kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Iran.
Baca juga:
Trump Tegaskan Tak Akan Izinkan Israel Caplok Tepi Barat, Picu Ketegangan dengan PM Netanyahu
Netannyahu kembali menegaskan Israel tidak akan mengizinkan keberadaan Negara Palestina dan mengatakan sikap ini didukung mayoritas besar warga Israel. Ia juga menepis kesimpulan Komisi Penyelidikan PBB yang menyebut Israel telah melakukan genosida di Gaza, menyebut klaim itu sebagai tuduhan tidak berdasar.
Selain itu, Netanyahu juga menolak pernyataan berbagai badan PBB yang menuduh Israel dengan sengaja membatasi jumlah bantuan yang masuk ke Gaza. Pada Agustus, sebuah lembaga yang didukung PBB mengonfirmasi bahwa kelaparan terjadi di Kota Gaza.
“Kepada para pahlawan pemberani kami. Ini Perdana Menteri Netanyahu berbicara kepada kalian secara langsung dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami tidak pernah melupakan kalian, bahkan sedetik pun. Rakyat Israel bersama kalian. Kami tidak akan goyah, dan tidak akan berhenti sampai kami membawa kalian semua pulang,” kata Netanyahu.
Masih ada 48 sandera yang tersisa di Gaza, sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup. Netanyahu mendedikasikan bagian akhir pidatonya untuk membahas tetangga regional Israel, dengan mengatakan bahwa Israel hampir mencapai kesepakatan de-eskalasi dengan Suriah dan menyeru kepada pemerintah Lebanon untuk meningkatkan upaya melucuti senjata Hezbollah.
Pidato Netanyahu itu langsung menuai kritik di dalam negeri. “Hari ini kita melihat seorang Perdana Menteri Israel yang letih dan merintih, dengan pidato penuh trik basi yang terlalu sering dipakai. Alih-alih menghentikan tsunami diplomatik, Netanyahu justru memperburuk keadaan Negara Israel,” kata pemimpin oposisi Yair Lapid.
Pemimpin Partai Demokrat Israel Yair Golan menyebut pidato itu hanya berisi mentalitas korban, kesalehan munafik, dan kebutaan total terhadap penderitaan para sandera serta pengorbanan para pejuang. Ia menyebut aksi pengeras suara itu sebagai tidak sah, kekanak-kanakan, dan gila, serta menilainya hanya sebagai pertunjukan propaganda.
Sehari sebelumnya, pemimpin Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dalam pidatonya di Majelis Umum PBB mengatakan ia siap bekerja sama dengan para pemimpin dunia untuk menerapkan rencana perdamaian bagi Israel dan Palestina.(dwi)
Baca juga: