Perbandingan Kerumunan Rizieq Vs Jokowi Versi Praktisi Hukum
Jumat, 26 Februari 2021 -
Merahputih.com - Sejumlah kritik keras dilontarkan saat peristiwa kerumunan massa saat Presiden Joko Widodo dan rombongan dalam iring-iringan melintasi jalan dari Bandara Frans Seda, Waioti, Maumere.
Bahkan, ada yang menyamakannya dengan kerumunan kedatangan pimpinan ormas terlarang Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab hingga membuatnya dipidana.
Baca Juga
Video Jokowi Berada di Tengah-Tengah Kerumunan Massa Viral, Ini Klarifikasi Istana
Praktisi hukum Petrus Selestinus membandingkan kerumunan masa saat kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi di Maumere dengan kerumunan masa penjemput Rizieq Shihab di Bandara Soekarno Hatta.
"Beda dengan Rizieq yang dinilai berlangsung terencana dan segala persiapan," kata Petrus kepada Merahputih.com di Jakarta, Jumat (26/2).
Ia menjelaskan, massa yang berkerumum pada saat Presiden Jokowi melintas di sepanjang jalan menuju ke Bendungan Napun Gete, adalah massa spontan. Mereka bahkan tidak terorganisir dan bukan dalam satu asosiasi dan tidak konstan.
Tahukah anda Pak @jokowi;
— ???????????????????????????? ???????????????????????????????????????????? ???????????????????? (@IB_FPI) February 23, 2021
Gara² kerumunan; bisa dikuntit, 6 pengawalnya dibunuh, pelakunya di ikat borgol, lalu di penjara, organisasinya dibubarkan, Rekeningnya dibekukan, para petingginya ditahan.
Anda presiden. Knp bangga melanggar Protokol Kesehatan? pic.twitter.com/A37cCyv0r5
Spontanitas massa itupun hanya terjadi pada dua titik lokasi, berasal dari warga perkampungan di sepanjang jalan yang dilalui Presiden Jokowi.
Petrus menilai, massa di Maumere itu dalam jumlah kecil, berpakaian apa adanya, tanpa persiapan sapaan secara adat sebagaimana lazimnya orang Maumere menyambut kedatangan tamu negara.
Sedangkan pada kerumunan massa penjemput Rizieq Shihab, mereka adalah masa yang diorganisir, terasosiasi dalam FPI dan datang dari luar. "Ini terbukti dari penggunaan atribut FPI dan lainnya," katanya.
Mereka, bahkan menggunakan bus dari luar kota hingga berkerumun di Bandara Soekarno-Hatta dan di Petamburan. "Terbukti yang datang dalam jumlah sampai puluhan ribu massa," terang Petrus.
Baca Juga:
Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia ini menyebut, publik sudah cerdas dan bisa membedakan, mana peristiwa yang masuk tindak pidana Kekarantinaan Kesehatan dan mana yang tidak.
"Nantinya, Polri juga harus bersikap tegas dan profesional dalam menghadapi gelombang Laporan Polisi yang bakal muncul, " jelas Petrus. (Knu)