Penyebab Jumlah Atlet Remaja Perempuan Berkurang

Senin, 14 Maret 2022 - Ikhsan Aryo Digdo

OLAHRAGA tak hanya menjadi sarana rekreasi menyehatkan. Kegiatan ini juga menjadi aktivitas yang ditekuni sebagian orang untuk mengejar impian. Sayangnya, jumlah masyarakat, terutama perempuan yang mengejar cita-cita di dunia olahraga masih sangat rendah. Studi yang dilakukan oleh Reckitt mengatakan jumlah partisipasi perempuan dalam berolahraga masih di bawah rata-rata. Bahkan sejak usia 14 tahun, banyak remaja putri yang mulai kehilangan ketertarikan untuk berolahraga.

Salah satu faktor yang membuat remaja putri kurang tertarik berolahraga adalah kekhawatiran akan aktivitas yang mengharuskan berpanas-panasan dan berkeringat di bawah terik matahari. Selain itu, adanya pandangan bahwa perempuan yang berkeringat terlihat kurang menarik membuat mereka semakin enggan berolahraga. Padahal, selain untuk kesehatan banyak sekali manfaat dari berolahraga sejak usia muda. Salah satunya untuk pembentukan karakter seperti menambah rasa percaya diri, mengasah kedisiplinan, sportivitas dan solidaritas.

Baca Juga:

Kampanye 'di Balik Layar' Ajak Perempuan Indonesia Percaya Diri

Lilyana Natsir. (Foto: Dettol)

Salah satu atlet bulutangkis terbaik Indonesia, Liliyana Natsir mematahkan anggapan tersebut. Bagi peraih medali emas Olimpiade tersebut, keringat tidak menghalangi penampilannya. “Menekuni bidang olahraga, khususnya bulutangkis, merupakan passion saya sejak kecil yang mendorong saya untuk menjadi atlet nasional yang dapat mengharumkan nama bangsa. Sebagai perempuan, saya tidak merasa bahwa berkeringat dan berpanas-panasan di lapangan adalah suatu halangan. Itu justru jadi bukti bahwa saya bangga dapat melakukan sesuatu yang saya sukai dan berhasil menjadi salah satu yang terbaik,” tuturnya.

Baca Juga:

Cantik Bukan Hanya dari Luar

Alvin Wiradarma, Senior Brand Manager Dettol Healthy Body juga menambahkan tidak seharusnya keringat menjadi halangan seorang perempuan meraih mimpi menjadi atlet profesional. Dirinya mengatakan lingkungan memainkan peranan penting dalam membangun kepercayaan diri atlet perempuan dengan bersama-sama membangun perspektif bahwa setiap perempuan yang berani berjuang meraih mimpinya memiliki daya tarik masing-masing. Hal ini berlaku meskipun saat ia harus berpanas-panasan dan berkeringat. "Selain passion dan bakat, lingkungan yang mendukung juga merupakan salah satu faktor kunci yang dapat memotivasi seseorang untuk meraih impiannya," ujarnya.

Ashaqila Sigar. (Foto: Dettol)

Di Indonesia, sejumlah remaja putri yang memiliki semangat dalam bidang olahraga kini tengah berjuang mengukir prestasi untuk mengharumkan nama bangsa di skala nasional dan internasional. Beberapa di antaranya adalah Nyimas Bunga Cinta (skateboarder usia 15 tahun), Praisey Blessed (pebasket usia 13 tahun), dan Ashaqila Leciashira K Sigar (atlet baseball berusia 12 tahun). Di usia belianya, tiga atlet remaja putri berprestasi ini secara tidak langsung menjadi duta bagi masing-masing cabang olahraga yang digeluti dan menginspirasi remaja dan perempuan Indonesia lainnya untuk berolahraga.

Bagi atlet yang kerap berkeringat, Ashaqila tidak melihat itu mengganggu penampilannya. Ia justru melihat hal sebaliknya. "Menurutku perempuan berkeringat itu keren," ucapnya. Senada dengannya, Nyimas juga menyebut bahwa keringat bukan kendala berarti baginya. Menurutnya, perempuan harus pede dengan keringatnya. (avia)

Baca Juga:

Uniknya Kecantikan Perempuan Asia

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan