Nadia Mulya, Kartini, Ibu Baginya

Sabtu, 21 April 2018 - P Suryo R

NADIA Mulya memandang sosok Kartini sangat istimewa. Tanpa adanya pahlawan nasional itu, bisa jadi perempuan di Indonesia akan kesulitan mendapatkan pendidikan dan kesetaraan gender. Iapun melihat bahwa meskipun perempuan pada masa dahulu dianggap di bawah laki-laki, namun sumbangsih pada negara ini sangatlah besar.

Berkat perjuangan dan pemikiran Kartini, perempuan cantik kelahiran Jakarta 19 Februari 1980 ini menyebutkan ia sangat berhutang pada pahlawan nasional itu. Terutama adalah masalah pendidikan yang bisa ia dapatkan selamanya ini. Nadia yang memiliki tiga anak itu memahami betul arti pendidikan untuk seseorang tak terkecuali pada anak-anaknya.

nadia mulya
Nadia Mulya. Kartini seperti ibu baginya. (Foto: MP/Raden Yusuf Nayamenggala)

“Menjelang hari Kartini, aku merasakan banget betapa pentingnya perjuangan dari R.A Kartini dan enggak cuma dia banyak banget pahlawan indonesia,seperti Cut Nyak Dhien dan yang lainnya. Mereka tuh benar-benar menunjukan bahwa perempuan Indonesia dalam kondisi apapun. Bahkan zaman dulu perempuan dianggap second class citizen mereka bisa berkontribusi dengan bangsa ini,” kata Nadia Mulya yang menulis buku The Little Thoughts Book of Babyshower (2016).

Nadia yang menyelesaikan S2nya di University of Reading England International Management, memiliki dua anak perempuan yang harus pula mendapatkan pendidikan yang terbaik. Baginya Kartini membuka kesempatan bagi dirinya dan semua perempuan di Indonesia mendapatkan pendidikan yang jauh lebih baik.

Ia menjadikan Kartini sebagai teladan untuk mendidik anak-anaknya. Sama seperti Kartini yang berpikiran lebih maju daripada perempuan-perempuan semasanya. Ia tak canggung bergaul dengan berbagai orang dari bermacam-macam kalangan dan ras.

Buku Habislah Gelap Terbitlah Terang yang merupakan hasil korespondensinya dengan teman-temannya dari Eropa mengungkapkan pola dan cara berpikir Kartini yang sangat menghargai kesetaraan dalam pendidikan bukan hanya pada gender tapi semua kalangan. Ini yang membuat Nadia sangat mengagumi perjuangan Kartini. Meskipun berpikiran maju namun Kartini tetap sangat kental dalam budaya lokalnya.

nadia mulya
Nadia Mulya. Pemikiran global, budaya lokal. (Foto: MP/Raden Yusuf Nayamenggala)

“Aku tuh kan punya anak perempuan. Jadi aku tuh harus bisa mendidik mereka seglobal mungkin tapi tetap mempunyai akar yang kuat terhadap indonesia,” tegas Nadia yang menjadi juara kedua Putri Indonesia 2004.

Langkah yang dilakukan oleh Nadia itu bukan hanya isapan jempol belaka, ia pun melakukan gerakan nyata dengan memberikan edukasi nilai-nlai budaya bangsa kepada buah hatinya. Dengan asumsi dapat seimbang antara kemampuannya untuk dunia internasional dan juga nasional.

“Makanya anak-anak aku tuh ada yang aku lesin nari Jawa, nari Padang. Walaupun sekolahnya (pakai) bahasa Inggris jadi aku pingin anak-anak sekarang dengan segala kelebihannya itu. Terutama kaum perempuan mereka bisa balance antara internasional dan juga nasional,” tegas Nadia yang membawakan beberapa acara infotainment TV.

Menyikapi zaman sekarang yang tentunya sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, membuat Nadia harus menyiapkan dirinya lebih baik lagi. Bukan hanya kemajuan zaman saja yang harus ia hadapi, namun juga tantangan yang baginya harus mampu diatasi dengan baik.

Melihat fenomena tersebut, bagi Nadia fungsi perempuan dalam hal ini sangat penting. Nadia berharap jika para perempuan dapat menjadi sosok yang menyejukan serta menjadi pemersatu bangsa.

“Nah fungsinya perempuan disini menjadi sosok yang bikin adem, pemersatu. Jadi semoga Kartini masa kini tantangannya adalah mereka bisa mempersatukan apa yang tengah diceraiberaikan saat ini,” tutupnya (ryn)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan