Metode Cuci Otak Kontroversi Dokter Terawan

Selasa, 03 April 2018 - P Suryo R

METODE cuci otak yang dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Dr.dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K), menuai pemecatan dirinya dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Metode ini merupakan prosedur penyembuhan bagi pasien stroke.

Metode yang dipakai sejak pertama kali diperkenalkan menjadi kontroversi. Metode yang dipakai adalah radiologi intervensi yang menggunakan modifikasi digital substraction angiogram (DSA). Teknik yang digunakan adalah memasukan kateter di pembuluh darah pangkal paha sebagai panduan.

Dr. Terawan melakukan modifikasi DSA itu dengan menurunkan dosisnya menjadi 25 miligray yang biasanya 300 miligray. Modifikasi lainnya adalah hanya memakai 10 cc cairan kontras yang biasanya mencapai 100 cc untuk meringankan kerja ginjal.

Kemudian dengan panduan kateter itu dapat melihat adanya penyumbatan yang pada pembuluh darah pada bagian otak. Jika ada plak atau lemak yang menyumbat, maka kateter mengeluarkan herparin yakni obat cair yang akan menghancurkan penyumbatan itu.

cuci otak
Selang 4-5 jam setelah operasi pasien mengalami kesembuhan signifikan. (Foto: wisemedic)

Sebelum melakukan prosedur cuci otak itu, pasien terlebih dahulu melakukan pemeriksaan awal secara menyeluruh dan detil. Seperti MRI pemeriksaan kondisi otak kemudian neurologi. Tentunya bukan hanya dengan peralatan medis saja pasien diperiksa.

Kehadiran dokter-dokter yang berhubungan pada kondisi pasiennya sangatlah diperlukan. Seperti dokter spesialis penyakit dalam, ahli jantung dan diabetes, yang memungkinkan diagnosis yang menyeluruh. Sehingga metode ini dapat diklaim sebagai metode penyembuhan yang aman.

Kabarnya metode Dr. Terawan ini sudah diakui di Jerman dipatenkan dengan nama Terawan Theory. Desertasinya yang berjudul Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis diterima oleh dunia medis dunia. Desertasinya sudah masuk pada berbagai jurnal ilmiah internasional.

Berdasarkan penelitiannya, metode ini memberikan pencerahan bagi pasien stroke. Selang 4-5 jam setelah operasi pasien stroke mengalami kemajuan yang signifikan. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan