Kesepian Timbulkan Masalah pada Gizi Lansia
Minggu, 26 Juni 2022 -
RASA kesepian ternyata bisa menimbulkan masalah fisik pada lansia. KETUA Umum Pengurus Besar Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia dr Siti Setiati, Sp.PD-KGer, M. Epid mengatakan rasa kesepian bisa menimbulkan masalah gizi pada orang lanjut usia karena nafsu makan berkurang.
Siti menjelaskan lansia di Indonesia cukup banyak yang hidup sendirian. Hal itu amat disayangkan karena kesepian bisa membuat lansia malas untuk makan.
Baca Juga:
Kesehatan mental merupakan hal penting yang harus dijaga setiap orang, termasuk lansia. Perasaan kesendirian bisa memengaruhi keinginan untuk mengonsumsi makanan bergizi.

Rasa sepi tersebut bisa mendorong lansia menghabiskan waktu dengan berdiam diri, seperti tidur atau menonton televisi. "Kesepian menyebabkan orang kehilangan nafsu makan karena makan itu kegiatan sosial," ujar Siti seperti dilansir ANTARA.
Tubuh lansia yang semakin kurus dari waktu ke waktu perlu waspadai, khususnya bila pola makan yang diterapkan bukan untuk mengurangi berat badan. Apabila berat badan turun dalam tiga kurun hingga tiga bulan dan nafsu makannya berkurang, amat mungkin lansia mengalami gangguan nutrisi.
Diketahui, sebanyak 34,71 persen lansia tinggal bersama keluarga tiga generasi, nilai tersebut menurun sebesar 6 persen dari tahun sebelumnya.
Padahal, berinteraksi dengan keluarga merupakan salah satu kunci penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia. Interaksi dengan keluarga membuat mereka berkesempatan lebih besar untuk merasakan keterlibatan sosial. Hal itu bisa menghadirkan perasaan bahagia. Pada akhirnya, kondisi itu bisa menurunkan risiko lansia untuk merasa kesepian atau diabaikan.
Siti menyarankan agar para lansia tidak hidup sendirian, tapi tinggal dengan keluarga, seperti anak dan cucu. Hal itu agar mereka bisa terus berinteraksi dengan banyak orang, dan mengusir risiko kesepian.
Apabila situasi dan kondisi memungkinkan, Siti menyarankan tiga generasi hidup di atas atap yang sama, agar lansia tidak merasa asing atau ditinggalkan. "Tapi tidak mudah karena di era sekarang anak-anak ingin mandiri dan itu tantangan," ujar Siti.
Lebih lanjut Siti menuturkan hal terpenting ialah harus ada interaksi antaranggota keluarga yang menciptakan kebahagiaan bagi lansia. Seperti contoh, interaksi bersama anak atau cucu bisa menyuntikkan rasa bahagia dan membuat lansia lebih bersemangat untuk menjalani hari serta mengonsumsi makanan bergizi.
"Keterlibatan sosial itu salah satu faktor lebih penting dari gen. Orang panjang umur faktornya bukan semata-mata gen, melainkan juga kebahagiaan penting untuk dibangun," ujarnya.
Baca Juga:
Astaga, Lansia Ini Diduga Telah Menerima Vaksin COVID-19 90 Kali

Kondisi fisik bukan menjadi satu-satunya faktor yang menjadi indikator kesehatan, kondisi batin juga merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu, Siti menjelaskan sehat adalah ketika semua aspek seimbang, mulai dari fisik, mental, sosial dan spiritual.
Dari sisi kesehatan fisik, Siti menyebut lansia membutuhkan nutrisi yang seimbang dengan protein, karbohidrat, dan mineral. Protein merupakan yang utama bagi para lansia, karena mereka membutuhkan asupan gizi untuk menjaga kualitas otot serta kesehatan tubuh.
Para lansia disarankan untuk tetap beraktivitas fisik secara rutin, minimal 150 menit setiap minggu, seperti berjalan kaki atau berenang. Olahraga seraya mengangkat beban untuk meningkatkan kekuatan otot juga disarankan. Namun, itu harus disesuaikan dengan kondisi lansia masing-masing. (Ryn)
Baca Juga: