Menapaki 439 Anak Tangga di Kampung Naga
Selasa, 04 Juli 2017 -
Menapaki anak tangga di Kampung Naga cukup menguras tenaga dan keringat. Tak usah heran, karena jumlah anak tangga di sana mencapai 439 buah. Dan itu hanya untuk satu kali perjalanan pergi. Saat pulang, Anda tentu saja harus melalui anak tangga yang sama dengan jumlah yang sama pula.
Namun, panorama indah di sana mampu menghilangkan rasa lelah setelah melalui anak-anak tangga tersebut. Bentangan sawah, tebing hingga sungai merupakan pemandangan indah yang akan Anda jumpai saat berada di Kampung Naga.
Desa adat yang terletak di Tasikmalaya, Jawa Barat ini juga amat terkenal dengan kearifan lokal dan budayanya. Walaupun namanya menggunakan kata "naga", Anda tak akan menemukan hal-hal yang berhubungan dengan mitologi naga. Rupanya kata "naga" diambil dari bahasa Sunda, "nagawir" yang artinya kampung di bawah tebing.
Komplek desa seluas 1,5 hektare ini dikelilingi tebing serta berada di sebelah aliran sungai Ciwulan yang berhulu di gunung Cikuray. "Di Kampung Naga yang dibatasi adalah luas areanya. Bukan bangunannya," ungkap Darmawan (48), warga Kampung Naga yang bekerja sebagai pemandu.
Batas area harus 1,5 hektare serta dikelilingi pagar bambu. Di dalam pagar bambu itu terdapat rumah penduduk dan bangunan-bangunan sakral. Sedangkan lingkungan di luar pagar dianggap sebagai tempat-tempat "kotor" seperti kamar mandi dan kandang ternak.
Tak ada listrik
Masyarakat Kampung Naga masih memegang teguh ajaran dan petuah leluhur mereka. Hingga saat ini mereka menolak kesenian modern serta tidak menggunakan listrik. Absennya listrik juga diharapkan mampu menjaga rumah-rumah panggung yang terbuat dari ijuk, daun tepus serta bambu tidak mudah terbakar.
Terikat adat
Sebagai kampung adat, Kampung Naga memiliki sebuah lembaga adat dengan tiga tokoh adat yang terdiri dari kuncen, lebe adat dan punduh adat. Posisi tokoh adat tersebut dijabat secara turun-temurun dan tidak dipilih warga. Kuncen bertugas memimpin upacara adat. Lebe membantu pihak yang meninggal, mulai dari memandikan hingga menguburkan. Sedangkan punduh mempunyai tugas sebagai penyebar informasi kepada masyarakat.
Kampung Naga dihuni 300 orang dari 101 kepala keluarga. Di sana terdapat 113 bangunan yang terdiri dari 110 rumah, tiga bangunan sarana umum berupa masjid, balai pertemuan dan lumbung padi.
Tertarik? Datanglah ke sana selagi ada libur. Anda akan menemukan pengalaman yang berbeda dengan liburan di perkotaan.
Sumber: ANTARA
Selain Kampung Naga, masih ada kampung adat lain di Indonesia. Anda bisa mendapatkan informasinya di sini: Kampung Adat Wolotopo, Perkampungan Megalit Dari Ende.