Menikmati Nyepi tanpa Mati Gaya
Minggu, 14 Maret 2021 -
HARI Raya Nyepi datang lagi. Ini kali kedua hari besar umat Hindu itu digelar di tengah pandemi. Pada 2020, Nyepi dirayakan tak lama berselang kasus COVID-19 merebak di Tanah Air. Umat Hindu di Bali terpaksa menyesuaikan sejumlah hal dalam merayakan pergantian tahun baru Saka. Arak-arakan melasti, upacara penyucian pratima, ke laut atau mata air absen begitu saja. Ritual tawur agung yang biasanya riuh rendah dengan pawai ogoh-ogoh, kini senyap. Berganti ritual sederhana di tingkat rumah saja. Itu seperti Nyepi dimulai lebih awal.
Tahun ini, pergantian tahun baru Saka jatuh pada Minggu (14/3). Umat Hindu di Indonesia akan menekan tombol 'pause' selama 24 jam. Dimulai Sabtu (13/3) pukul 00.00 hingga Senin (15/3) pukul 00.00. Pulau Bali yang mayoritas warganya beragama Hindu akan 'beristirahat total' selama Nyepi.
BACA JUGA:
Hari Raya Nyepi dan Toleransi

Perayaan Nyepi telah dilakukan sejak 78 Masehi. Meski merupakan perayaan pergantian tahun, Nyepi amat berbeda dengan perayaan Tahun Baru Masehi yang biasanya penuh ingar bingar. Seperti dilansir situs PHDI, Nyepi merupakan tonggak kebangkitan kerohanian Hindu yang ditandai dengan toleransi dan kerukunan.
Perayaan Nyepi bermula dari persaingan dan pertikaian bangsa-bangsa di kawasan Asia antara bangsa Saka (Scythia), Pahlava (Parthta), Yueh-ci (Tiongkok), Yavana (Yunani), dan Malava (India). Mereka sangat berambisi saling menaklukkan. Selama berabad-abad bangsa-bangsa itu silih berganti saling menguasai wilayah lawan. Tujuannya, memperebutkan daerah yang sangat subur.
Namun, ketika pergerakan humanisme bangkit pada 138-12 SM, terjadilah akulturasi dan sinkretisme di antara bangsa-bangsa tersebut. Hak itu kemudian membuat mereka bergerak ke perdamaian. Timbul juga kesadaran bahwa dunia ini merupakan rumah bersama.
Dalam masa itu, Raja Kaniska I berkuasa. Ia kemudian mengadopsi perjuangan bangsa Saka untuk menciptakan perdamaian. Raja Kaniska I kemudian menetapkan perhitungan tahun baru pada 78 Masehi. Perhitungan tahun itu kemudian diberi nama Tahun Baru Saka.
Penetapan Tahun Baru Saka itu kemudian diperingati seluruh negeri sebagai tonggak perdamaian dan toleransi. Sebagai perwujudannya, tahun baru tersebut tak dirayakan dalam riuh rendah keramaian, tetapi dalam kondisi khihdmat tapa, brata, dan semadi.
Hingga kini, umat Hindu tetap merayakan Tahun Baru Saka dengan ritual menyepi yang diwujudkan dalam catur brata Nyepi, yaitu amati geni yang bermakna tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api, amati karya yakni tidak bekerja), amati lelungan bermakna tidak bepergian, dan amati lelanguan yaitu tidak menikmati hiburan.
Dengan menjalankan brata (pengekangan atau pengendalian diri) di Hari Raya Nyepi, umat Hindu diharapkan kembali kepada kesadaran untuk bertoleransi.
Pandemi, Nyepi, dan Berani Berhenti
Tahun ini, Nyepi seperti dimulai lebih awal. Pandemi memukul Pulau Dewata dengan amat keras. Dalam catatan Bank Indonesia, ekonomi Bali mengalami pertumbuhan terendah di Indonesia selama kuartal III 2020. Serangan COVID-19 melumpuhkan sektor pariwisata Bali, membuatnya mengalami kontraksi ekonomi hingga 12,2%. Cukup besar untuk membuat banyak warga Bali megap-megap.
Meski demikian, kesulitan itu tak berarti membuat umat Hindu alpa menjalankan ritual Nyepi. Dalam skala yang lebih sederhana, Nyepi di masa pandemi ini seperti keberanian. Seperti yang diungkap dalam lagu Navicula, Saat Semua semakin Cepat, Bali Berani Berhenti, Pulau Dewata selalu akan mengambil 24 jam dan mengabaikan roda ekonomi yang berhenti. Untuk kembali kepada kesejatian. "Mengabaikan berapa banyak uang dan nilai ekonomi yang tidak berputar hari itu, Bali justru membuat sebuah gerakan penting bagi semesta dengan mengurangi emisi karbon secara drastis," kata Gede Robi, vokalis Navicula, dalam keterangan pada video lagu tersebut.
Tak hanya emisi karbon. Nyepi sehari mengurangi setidaknya 20 ribu ton sampah di Pulau Bali. Itu jumlah yang besar. Di masa pandemi ini, Nyepi bisa jadi cara terbaik untuk 'menahan' orang-orang untuk tetap di rumah dan taat protokol kesehatan. Tanpa orang-orang berinteraksi massif selama 24 jam, penyebaran virus corona amat mungkin bisa ditekan.
Nyepi Oke, Matigaya No

Keberanian untuk pause sehari penuh bukanlah hal mudah. Bagi mereka yang terbiasa beraktivitas luar rumah, tak keluar rumah bisa terasa seperti terpenjara. Aktivitas media sosial pun dihentikan seharian. Jaringan internet tak akan tersedia selama hari itu. Generasi digital yang hidup dengan berteman gawai dan media sosial pasti bakal berjuang menahan bosan.
Namun, apa iya seburuk itu?
Nyatanya, enggak juga sih. Gede Robi mengakui Nyepi sebagai hari raya favoritnya. "Bisa dibilang ini libur yang cukup ekstrem," katanya. Ya, ada benarnya sih. Dalam 24 jam, kamu bisa menikmati diri sendiri, melakukan sejumlah hal asyik tanpa melanggar brata penyepian. Aktivitas dalam rumah tetap bisa kamu lakukan kok. Di pagi hingga sore hari, kamu tetap bisa melakukan kegiatan di dalam rumah. Di malam hari, tanpa penerangan, kamu bisa menikmati istirahat yang tenang dan berkualitas. Ya kan?
1. Yoga

Di pagi hari Nyepi, luangkan waktu menghirup udara segar. Percaya deh, setelah lalu lintas terhenti malam sebelumnya, pagi Nyepi menjadi amat segar. Udara bebas dari asap knalpot. Bising pun lenyap. Blissful.
Saat seperti itu, manfaatkan ketenangan dengan melakukan yoga. Kamu bisa mulai dengan olah napas, gerakan peregangan, lalu diakhiri dengan meditasi. Biarkan ketenangan melingkupi dirimu. Mengosongkan pikiran sejenak bisa mengisi ulang energi positifmu loh.
2. Membaca buku

Sudah kelamaan nongkrongin Netflix dan melupakan buku? Banyak kok yang relate dengan kondisi ini. Pandemi memang bikin banyak orang 'kecanduan' layanan streaming. Berhubung saat Nyepi layanan internet dimatikan dan penerangan lampu atau api dilarang, kecuali untuk kebutuhan vital, kamu bisa beralih ke cara lama: membaca buku.
Tentu saja kamu tak bisa baca buku di malam Nyepi. Paling tidak, sejak siang hingga sore, kamu bisa menuntaskan buku pilihanmu.
3. Memasak

Lebih suka memasak daripada baca buku? Manfaatkan Nyepi sebagai saat untuk bereksperimen di dapur. Pilih satu atau dua resep yang akan kamu coba. Siapkan bahan dan alat sebelum Nyepi tiba. Saat Nyepi, kamu bisa masak di siang hari. Ingat ya, kurangi membuat gaduh atau berisik.
Kegiatan memasak yang tenang amat bagus meredakan kecemasan. Todd Farchione, psikolog klinis pada Center for Anxiety and Related Disorders di universitas Boston mengatakan, saat seseorang berada di zona memasak, itu bisa amat bermanfaat bagi pengidap gangguan kecemasan. Hal itu terkait dengan kondisi fokus saat memasak yang mengalihkan rasa cemas. Bonusnya, kamu enggak bakal kelaparan sepanjang hari Nyepi.
4. Stargazing

Highlight paling oke dari Hari Nyepi ialah pada malam hari. Setelah seharian tanpa polusi, langit Bali akan jernih. Ini jadi saat paling oke untuk melakukan stargazing. Kelap-kelip bintang akan terlihat cantik di malam Nyepi. Selain itu, udara terasa bersih tanpa asap kendaraan.
Cara terbaik melakukan kegiatan ini ialah duduk di balkon rumah. Tak ada balkon? Lakukan saja di halaman rumah. Ingat, jangan sampai keluar dari pekarangan rumah ya.(dwi)