Komnas Perempuan: Kartini Jadi Inspirasi Perjuangan di Indonesia

Sabtu, 22 April 2017 - Yohannes Abimanyu

Komisi Nasional (Komnas) Perempuan sangat mendukung penuh perjuangan Kartini Kendeng yang menuntut pengembalian hak asasi dan hak atas aset lingkungan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah.

Wakil Ketua Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah mengatakan gerakan Kartini Kendeng merupakan sebuah simbol gerakan diambil dari perjuangan pahlawan Raden Ajeng Kartini dalam menentang pemiskinan, karena eksploitasi sumber daya alam dan menerobos pengebirian politik karena tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, karena dianggap tidak berpengetahuan.

"Gerakan kolektif perempuan Kendeng harus menjadi inspirasi bagi perjuangan gerakan perempuan di Indonesia," kata Yuniyanti di Jakarta, Jumat, (21/4).

Menurutnya, sejak 2014, Kartini Kendeng lahir dari pemikiran spiritual Kartini tentang alam, manusia dan Tuhan juga perlawanan atas kekerasan infrastruktur di daerah.

Lebih lanjut, Yuniyanti menjelaskan, Kartini Kendeng sejak lama mempertanyakan mengapa harus ada pabrik semen di Kendeng.

Tak terhitung keberatan yang sudah disampaikan pada Presiden, menteri, Gubernur Jawa Tengah, bupati-bupati di Jawa Tengah serta Lembaga HAM, katanya.

Mereka tidak henti mengingatkan Bangsa Indonesia tentang bumi yang tetap harus dijaga, meski harus berhadapan dengan intimidasi, kekerasan dan stigma negatif dari pejabat dan aparat keamanan, katanya.

"Beragam cara telah ditempuh untuk mempertahankan sumber kehidupan, dari menggunakan jalur hukum hingga menyemen kaki," ucap dia.

Untuk itu, Komnas Perempuan mengajak untuk merefleksikan pemikiran visioner RA Kartini dalam mengembalikan tanggung jawab negara pada hak asasi yang melekat pada warga negara, yaitu menghormati, memenuhi dan melindungi keberdayaan yang dimiliki oleh warga negara.

Selain itu, mewujudkan cita-cita RA Kartini sebagai peringatan yang hakiki sebagai bangsa untuk menghentikan praktik pembangunan yang hanya memberikan keuntungan pada sekelompok orang, sementara pada saat bersamaan mencerabut sumber kehidupan turun temurun masyarakat adat.

"Pendirian dan rencana pendirian pabrik semen di Pegunungan Kendeng memiliki dampak pencerabutan hak asasi perempuan baik dimensi sipil, politik maupun ekonomi sosial budaya," ucap dia.

Sumber: ANTARA

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan