Kisah Nigel Mansell, Rebut Gelar Juara Dunia Formula 1 Meski Kakinya Patah
Minggu, 01 Januari 2023 -
SEPANJANG musim 1992 Formula 1, Nigel Mansell menghadapi masalah serius. Kakinya patah dan dia nyaris tak bisa mengikuti musim tersebut. Namun, tekad kerasnya mengatasi segala masalah yang membekapnya.
Inilah kisah Mansell yang hampir tidak pernah diungkap oleh media, bahkan oleh mantan pembalap itu sendiri. Sebuah kisah hebat tentang perebutan gelar juara dunia F1 musim 1992.
Pembalap tim Williams tersebut begitu mendominasi F1 pada musim 1992. Dia menorehkan sembilan kemenangan dari 16 balapan. Tidak mudah untuk meraih itu dengan kaki yang patah.
Mansell mengalami patah kaki sebelum musim 1992 dimulai. Saat berkendara di suatu ruas jalan Adelaide, Australia, yang diguyur hujan deras, mobil Mansell menabrak tembok beton. Dia selamat, tapi kakinya patah.
Baca juga:
Ini Alasan Mobil F1 Mudah Hancur saat Tabrakan

Mansell kemudian dilarikan ke rumah sakit dan diberitahu bahwa ia harus segera dioperasi. Karena kecintaannya pada F1, ia tak ingin melewatkan musim 1992 dan kesempatan meraih gelar juara dunia.
"Saya bertanya berapa lama pemulihannya dan mereka mengatakan, tiga sampai empat bulan. Jelas saya tidak mampu melakukannya, saya tidak bisa melewatkan begitu banyak balapan. Saya tidak bisa," kata Mansell dalam sebuah siniar (podcast) Beyond The Grid yang diproduksi Formula 1.
Ia kemudian mengatakan bahwa dirinya lebih memilih untuk menunda operasi. Ia mencoba berjalan dengan kaki bagian dalam. Dengan begitu, ia tidak memberi tumpuan berat badan pada kaki bagian luar.
Mansell kemudian meminta bantuan seorang teman dokter untuk mengeluarkannya dari rumah sakit. Saat itu, tak ada yang mengetahui cedera Mansell.
Bahkan, media melaporkan bahwa sang pembalap Inggris tersebut hanya mengalami cedera parah pada bagian pergelangan kaki. Tidak ada yang menyebutkan sang pembalap mengalami patah kaki.
Baca juga:
Mengenal Pentingnya Fungsi Halo Pada Mobil F1

Akibat kakinya patah, kondisi Mansell tak 100 persen fit. Meski menghadapi ujian berat, semangat Mansell tak luntur dalam mengejar gelar juara dunia. Ia terus melanjutkan persiapan fisik. Ia juga harus bekerja keras menjaga berat badan karena Mansell bukan pembalap berbobot ringan di grid F1 saat itu.
Kelebihan berat badan jelas akan berpengaruh terhadap kelajuan mobil Mansell di lintasan.
"Nelson Piquet, Alain Prost, Ayrton Senna, dan pembalap lainnya, bahkan Michael Schumacher, ketika mereka keluar dari pit, mereka sudah setengah detik lebih cepat dari saya. Saya pikir harus melakukan sesuatu untuk mengubahnya, saya bahkan kehilangan 7 kilogram saat latihan pada musim dingin, diet yang mengerikan," terang Mansell.
Satu hal yang begitu memotivasi Mansell adalah bahwa tahun itu merupakan kontrak terakhirnya. Tim Williams sudah siap mendepaknya dan menggantinya dengan Ayrton atau Alain yang saat itu lebih berprestasi. Untungnya, ia memenangi titel pada musim itu dalam kondisi tiga jari kaki dan kaki kiri yang patah, bahkan persendiannya hancur.
Mansell menciptakan rekor lain tahun itu: juara dunia tertua dalam 50 tahun terakhir. Usianya saat itu sudah 39 tahun. Meski begitu, dia masih mampu mendominasi musim sekaligus mengalahkan rekan setimnya, Riccardo Patrese, pembalap Italia yang saat itu memegang rekor Grand Prix. Luar biasa, ya? (waf)
Baca juga:
Ke Mana Perginya Ban Bekas F1?