Kisah Masinis Lokomotif; Daftar Tentara Jadi Pembawa Kereta
Jumat, 28 September 2018 -
DONI Purwanto semula tak pernah berkeinginan menjadi masinis. Cita-citanya hanya satu; ingin mengikuti jejak sang ayah. Ia pun mendaftar seleksi masuk Tentara Nasional Indonesia. Percobaan kali pertamanya berakhir di tahap awal. Begitu pun percobaan kali kedua dan ketiga.
Tak mau terus mengutuk kegagalan, Doni pun berusaha sekuat tenaga pada seleksi kali keempat. Ia pelajari betul-betul keteledoran di percobaan sebelumnya agar tak terulang. Strateginya terbukti mumpuni. Lelaki beralis tebal tersebut melenggang hingga tahap akhir, Penilaian Panitia Penentu Akhir (Pantukhir). Selangkah lagi cita-citanya mewujud.
Saat pengumuman tiba, ia tak habis pikir ketika melihat namanya tak masuk daftar. Doni lagi-lagi gagal menjadi tentara. "Belum rezeki saya," kata Doni kepada merahputih.com saat dinas di Stasiun Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (22/9).

Ia sempat putus asa. Perlahan impian mengenakan seragam loreng mulai ditanggalkan. Doni kemudian menjajal peruntungan di bidang lain. Namun, panggilan untuk mengabdi kembali datang dari Kodam. Bukan menjadi tentara, tapi bekerja untuk PT Kereta Api Indonesia (KAI), menjadi Polisi Khusus Kereta Api (Polsuska) dan Masinis. "Untuk internal. Jalur khusus bagi yang gagal masuk TNI," kata lelaki berzodiak Sagitaurus terebut.
Ketika itu, lanjutnya, pihak KAI datang langsung ke Kodam menyampaikan kabar pihaknya membutuhkan tenaga untuk Polsuska dan masinis. Doni dan ketiga belas rekannya nan gagal di tahap Pantukhir pun menyambar tawaran tersebut.
Bila kebanyakan rekannya mendaftar Polsuska, Doni memilih jalan berbeda mengincar peluang menjadi masinis. "Saya berpikir tentang jenjang karier." katanya. Menjadi masinis, menurutnya, memiliki jenjang karir jelas dan memiliki tanggung jawab tinggi terhadap keselamatan penumpang.
Meski begitu, ia dan teman-temannya tak serta-merta lulus ujian. Doni pun harus melakoni beragam seleksi.
Daftar Masinis
Setelah mendaftar, Doni mulai was-was kejadian di masa lalu kembali menimpa. Hampir sebulan kabar kepastian tak kunjung tiba. Tiba-tiba, telepon genggamnya berdering. Di ujung telepon, seseorang dari pihak KAI memintanya datang untuk melakukan tes wawancara.
Usai melakukan tes wawancara, tak semua pelamar berhasil lolos tahap selanutnya. Dari 14 pelamar, hanya 4 orang lulus seleksi menjadi masinis.

Doni merupakan salah satu dari keempat nama tersebut. Ia mengaku senang bukan kepalang. PT KAI langsung menyodorkan kontrak magang dengan masa kontrak 2 tahun. Keempatnya kemudian dibagi ke dalam dua unit, Unit Jatinegara dan Unit Tanah Abang. "Setelah penandatanganan MoU, kami menunggu penerimaan dari umum. Sekitar sebulan, nama saya sudah ada di Unit Jatinegara," ujarnya.
Ikut Pelatihan Dasar
Setelah peserta tersaring, Doni kemudian diberangkatkan untuk mengikuti Pelatihan Pembentukan Kepribadian atau sering disebut Diksarwira (Pendidikan Dasar Kewiraan) kereta api di Lembang, Jawa Barat, sekitar 10 hari.
"Di Diksarwira kami tidak diizinkan menggunakan telepon genggam dan gadget lainnya," ucap Doni. Telepon genggam dan gadget dikembalikan setelah Diksarwira selesai.
Lulus Diksarwira, tak lantas membuat Doni langsung bekerja. Tak mudah baginya untuk langsung menjadi bagian dari PT KAI.
Ia pun sempat dikembalikan ke Unit Jatinegara, sebelum akhirnya melanjutkan pembekalan di Dipo Lokomotif atau Kantor UPT Crew Kereta Api selama beberapa waktu hingga ada panggilan untuk mengikuti pendidikan masinis di Balai Pelatihan Teknik Traksi (BPTT) Darman Prasetyo, Yogyakarta.

Di Jogya, kata Doni, dirinya mengikuti Dasar Teknik Operasional (DTO) selama sebulan. "Alhamdulillah saya lulus," katanya berseri-seri. Sebelum menjadi asisten masinis, sekitar Desember 2011, Doni mulai mendapat tugas untuk mengenal dan menghapal lintasan.
"Jadi, ikut dinas di kabin. Saya ketika itu didampingi instruktur untuk melihat kerja masinis dan asisten masinis," katanya. Di situ pula instruktur melakukan semacam tes tanya jawab seputar kereta api. "Ini selama sebulan, tapi gak full setiap hari, misal seminggu bisa 3 sampai 4 hari dinas".
Saat wawancara dengan instruktur, Doni ditanya seputar pengecekan lokomotif, seperti pengecekan riwayat, pernah ada gangguan atau tidak, apa bahan bakarnya sudah terpenuhi, ketebalan rem, dan lainnya. "Semua harus detil!" katanya. Kesalahan sekecil apapun, menurutnya, bisa berakibat fatal.
Masinis memiliki tanggung jawab penuh ketika kereta telah keluar dari dipo. "Jadi, agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan, asisten yang harus memastikan," katanya.
Ujian menjadi asisten masinis telah rampung. Namun, Doni masih belom diperkenankan mengemudikan kereta. "Saya dites lagi oleh kepala UPT buat diajuin ke senior manajer operasi," katanya. Kalau sudah layak, lanjutnya, calon masinis akan diajukan menjadi asisten masinis dan diberi tugas dinas, misalnya ke Cirebon atau Purwakarta.
"Pada Januari 2012 saya sudah menjadi asisten hingga 2015. Pada 2015, saya mengikuti sertifikasi agar benar-benar layak dan menghindari human error."
Menjadi Masinis
Impian Doni untuk menjadi seorang masinis baru terwujud di bulan Maret 2016. Ia pun kembali mengikuti pendidikan kelayakan menjadi masinis selama tiga minggu di Yogyakarta.

Ia beroleh materi sama seperti pendidikan DTO. "Tapi lebih mengedepankan kedisiplinan," katanya. Barulah pada minggu ketiga dilakukan wawancara dengan pejabat KAI seputar tugas masinis.
Setelah menjadi seorang masinis, ternyata kendala Doni hadapi semakin banyak. Mulai dari kepanasan di dalam kabin, sampai kedinginan di waktu hujan atau malam hari. "Kalau sudah hujan deras parah, kecepatan dibatasi. Misal pada awalnya kecepatan 100 km per jam menjadi 60 per jam, katanya.
Namun, terkait kecepatan itu, Doni mengaku tergantung lokasi lintasan dan kereta yang ia bawa. Misalnya pada jalur KA Siliwangi (Sukabumi-Cianjur), kecepatan itu maksimal 45 km per jam dan minial 20 km per jam.
Sementara, ketika ditanya perbedaan menjadi masinis lokomotif dengan commuter line, Doni menjawab terdapat dalam cara pengoperasiannya. "Kalau commuter line pakai listrik sedangkan lokomotif pakai disel," katanya.
Selain itu, kata Doni, membawa commuter line lebih nyaman, tidak kepanasan seperti halnya membawa lokomotif. Sementara mengenai pendidikan hampir sama. "Yang bikin beda salary besaran mereka," kelakar Doni.
Suka Duka Masinis
Dalam menjalankan tugas sebagai pembawa kereta, bapak satu orang anak itu mengaku bangga menjadi masinis. Pasalnya, ada ribuan bahkan jutaan masyarakat Indonesia yang mengidamkan profesi tersebut.
Selain itu, kata Doni, yang paling asyik menjadi seorang masinis bisa jalan-jalan gratis ditambah dikasih uang jalan. "Kesejahteraan juga alhamdulillah," kata Doni disusul gelak tawa.
Meski terlihat bahagia, menjadi seorang masinis juga tak luput dari rasa duka. Berdasarkan pengakuannya, bekerja di lapangan membuat ia jauh dari istri dan anak. "Waktu untuk mereka sangat sedikit," katanya.
Tak hanya itu, Doni juga mengaku keamanaan sebagai masinis juga masih sangat rawan. Apalagi, kata Doni, ketika melewati perlintasan yang ditimpuki warga. "Kami tidak tahu apa alasan warga melempari kami dengan batu. Hampir di setiap lintasan Jawa, terlebih di Bekasi. Walaupun kaca antipecah, tapi sangat riskan."
Meski demikian, ia bersama masinis lainnya tidak pernah timbul rasa benci terhadap masyarakat yang melakukan tindakan tercela tersebut. Bahkan, Doni berharap agar ke depannya masyarakat bisa semakin dewasa dan tidak melakukan tindakan semena-mena terhadap masinis.
Selain itu, Doni juga berharap kepada pemerintah terlebih pihak PT KAI agar perlintasan liar ditertibkan demi keamanan dan kenyamanan bersama. "Dan satu lagi, saya berharap proyek KA semakin berkembang," harapnya. (*)