Kenali Pengaruh Iklim dengan Masalah Kesehatan Mental
Kamis, 03 Maret 2022 -
KONDISI iklim yang ekstrem rupanya bisa menyebabkan masalah kesehatan mental. Seperti kecemasan, stres, depresi, serta masalah tidur.
Menurut sebuah laporan dari kelompok kerja II The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yang berjudul "Perubahan iklim 2022: Dampak, Adaptasi dan Kerentanan" memeringatkan bahwa peristiwa dan kondisi iklim bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental.
Baca Juga:
Kesadaran Akan Kesehatan Mental Picu Hadirnya Tren Staycation
"Jalur di mana peristiwa iklim memengaruhi kesehatan mental bervariasi, kompleks dan saling berhubungan dengan pengaruh non-iklim lainnya yang menciptakan kerentanan," tulis laporan tersebut seperti yang dilansir dari laman Indian Express.

Lebih lanjut pada laporan tersebut, paparan iklim langsung seperti mengalami peristiwa cuaca ekstrem atau suhu tinggi yang berkepanjangan, atau tidak langsung, seperti konsekuensi kesehatan mental dari kekurangan gizi atau perpindahan," jelas laporan tersebut
Pada laporan IPCC tersebut, memeringatkan bahwa tidak menghilangkan emisi akan menyebabkan kerusakan serius bagi dunia, khususnya Asia Selatan, dengan meningkatnya gelombang panas yang tidak tertahankan, kelangkaan makanan dan air, hingga kenaikan permukaan laut.
Laporan tersebut juga menyebutkan perihal pengaruh moderasi non-iklim, yang berkisar dari kepribadian individu dan kondisi yang telah ada sebelumnya. Seperti dukungan sosial, dan ketidakadilan struktural.
Pada laporan itu juga disebutkan, bahwa bergantung pada latar belakang dan faktor kontekstual ini, peristiwa iklim serupa bisa mengakibatkan berbagai hasil kesehatan mental potensial, termasuk kecemasan, depresi, stres traumatis akut, gangguan stres pasca-trauma, bunuh diri, penyalahgunaan zat, dan masalah tidur
"Dengan kondisi berkisar dari yang sifatnya ringan hingga yang memerlukan rawat inap," jelas laporan yang disetujui oleh hampir 200 negara.
Baca Juga:
Mengacu pada sebuah penelitian, laporan tersebut mengatakan, bahwa di Kanada ditemukan adanya hubungan antara paparan panas rata-rata 28 derajat celcius dalam empat hari paparan dan penerimaan rumah sakit yang lebih besar, untuk gangguan suasana hati dan perilaku, seperti skizofernia, mood, serta gangguan neurotik.

Sementara itu, penelitian di AS menemukan adanya masalah kesehatan yang meningkat 0,5 persen, saat suhu rata-rata melebihi 30 derajat celcius, dibandingkan dengan 25-30 derajat celcius. Pemanasan 1 derajat Celcius selama lima tahun, disebabkan dengan peningkatan dua persen masalah kesehatan mental.
Studi lainnya menemukan, bahwa kenaikan 1 derajat Celcius pada suhu rata-rata bulanan selama beberapa dekade, dikaitkan dengankenaikan 2,1 persen dalam tingkat bunuh diri di Meksiko, serta 0,7 persen kenaikan tingkat bunuh diri di Amerika Serikat.
Selanjutnya, tinjauan sistematis dari sebuah penelitian yang diterbitkan dengan berbagai metodologi dari 19 negara, bisa menemukan peningkatan risiko bunuh diri terkait kenaikan suhu sekitar 1 derajat celcius.
Dikatakan juga bahwa paparan bisa terjadi dengan orang yang mengalami penurunan kesehatan mental, yang terkait dengan mengamati dampak perubahan iklim pada orang lain, atau hanya dengan belajar tentang perubahan iklim. (Ryn)
Baca Juga:
Movement #Pelarian Ajak Kaum Muda Jangan Tunda Kenali Isu Kesehatan Mental