Kementerian Kesehatan Berikan Tips untuk Beraktivitas Fisik

Kamis, 15 September 2022 - Andreas Pranatalta

GAYA hidup tidak aktif dapat meningkatkan berbagai risiko kesehatan dalam tubuh manusia, mulai dari depresi hingga kecemasan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 60 hingga 85 persen orang di dunia menjalani gaya hidup yang tidak aktif, menjadikannya salah satu masalah kesehatan lebih serius.

Hal ini pun turut dipengaruhi oleh kecanggihan teknologi, yang membuat segala hal menjadi lebih praktis. Misalnya, mencuci baju dengan mesin cuci dan mengepel lantai dengan alat yang canggih, sehingga tubuh jadi makin sedikit bergerak. Padahal di atas usia 40 tahun, otot-otot secara alami mengalami degenerasi, kecuali otot-otot tersebut terpelihara melalui olahraga.

Secara kasat mata, ada perbedaan yang nyata antara otot-otot orang yang jarang bergerak dengan otot-otot orang yang rajin bergerak.

Baca juga:

Kurang Tidur di Bulan Puasa, Bolehkan Tetap Beraktivitas Fisik?

Kementerian Kesehatan Berikan Tips untuk Beraktivitas Fisik
Kesehatan dimulai dari diri sendiri. (Foto: Unsplash/Bewakoof.com Official)


"Ketika kita sehat dan bugar, maka kita bisa melakukan tugas kita dengan baik. Di usia remaja dan produktif, kita bisa terus melakukan hal-hal yang produktif. Saat sudah melakukan tugas utama, misalnya bekerja, atau menjadi ibu rumah tangga, kita masih bisa mengerjakan tugas yang lain," kata Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, drg. Kartini Rustandi, M.Kes, dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com, Rabu (14/9).

Menurut Kartini, aktivitas fisik yang baik memiliki rumus yaitu selama 30 menit di luar pekerjaan domestik (mengepel, menyapu, dan mencuci mobil), serta dilakukan secara BBTT (Baik, Benar, Terukur, dan Teratur). Baik artinya melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh dan bertahap, serta berkesinambungan. Benar artinya melalui tahapan.

Lalu selanjutnya adalah Terukur, yang artinya benar-benar masuk ke dalam zona latihan. Zona latihan bisa dilihat dari perhitungan denyut nadi, yaitu 220 - umur x 60 - 80 persen. Bila masih dalam tahap baru berolahraga, ketika masuk zona latihan maka harus didampingi oleh pelatih atau instruktur.

Baca juga:

Bermain dan Belajar Menyenangkan bersama si Kecil

Kementerian Kesehatan Berikan Tips untuk Beraktivitas Fisik
Beraktivitas fisik bisa dilakukan sesuai dengan kesenangan dan kondisi atau kebutuhan tubuh. (Foto: Unsplash/Ev)

Terakhir adalah Teratur, artinya durasi latihan konsisten, misalnya dalam seminggu ada tiga sampai lima kali sesi latihan dengan baik dan benar.

"Setiap orang harus mempersiapkan diri untuk berolahraga minimal 30 menit setiap hari. Sama seperti seorang karyawan yang bisa berolahraga sepulang kerja, seorang ibu bisa mencari waktu olahraga di siang atau sore hari setelah kesibukannya selesai, yang pasti dalam kondisi tenang," kata Kartini.

Kartini mengatakan, olahraga juga bisa dilakukan dengan kegiatan-kegiatan sederhana, seperti meremas bola, atau jalan kaki dari stasiun ke kantor dengan kecepatan yang cukup kuat.

Menurut Kartini, beraktivitas fisik bisa dilakukan sesuai dengan kesenangan dan kondisi atau kebutuhan tubuh. Contohnya, seseorang dengan arthritis tidak boleh berolahraga yang jenisnya menaruh beban di kaki atau lutut seperti berlari. Solusinya, mereka bisa berolahraga dengan sepeda statis atau berenang.

"Kesehatan tidak bisa dititipkan, kita harus menjaga kesehatan mulai dari diri sendiri, mulai dari yang sederhana, dan mulai dari sekarang. Bukan hanya dari segi olahraga saja, kita juga harus memperhatikan asupan makanan, serta lingkungan, dan kebersihan," tutupnya. (and)

Baca juga:

5 Kebiasaan Agar Umur Panjang Tanpa Penyakit

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan