Kasus 'Kardus Durian', KPK: Harus Kami Sikapi dengan Hati-hati

Kamis, 05 April 2018 - Zaimul Haq Elfan Habib

MerahPutih.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang menyatakan bakal mempelajari terlebih dahulu kasus dugaan suap pengucuran Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) Kementerian Tenaga Kerja dan Tramigrasi pada 2011 atau yang dikenal dengan kasus 'kardus durian'.

Kasus 'kardus durian' itu diketahui menyeret nama mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PKB dan Wakil Ketua MPR.

"Coba saya pelajari dulu ya seperti apa itu kasusnya," kata Saut saat dikonfirmasi, Kamis (5/4).

Kasus 'kardus durian' ini berawal dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK, pada 25 Agustus 2011.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kedua kanan). (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kedua kanan). (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)

Saat itu, penyidik KPK menangkap dua anak buah Cak Imin, yakni Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Kawasan Transmigrasi, I Nyoman Suisnaya dan Kepala Bagian Perencanaan dan Evaluasi Program Kemenakertrans, Dadong Irbarelawan.

Selain menangkap dua anak buah Cak Imin saat itu, penyidik KPK juga menciduk Kuasa Direksi PT Alam Jaya Papua, Dharnawati yang baru saja mengantarkan uang Rp 1,5 miliar ke kantor Kemenakertrans. Uang itu dibungkus menggunakan kardus durian.

Uang tersebut merupakan tanda terima kasih karena PT Alam Jaya Papua telah diloloskan sebagai kontraktor DPPID di Kabupaten Keerom, Teluk Wondama, Manokwari, dan Mimika, dengan nilai proyek Rp 73 miliar.

Pada persidangan di 2012, Dharnawati mengatakan uang Rp 1,5 miliar dalam kardus durian itu ditujukan untuk Cak Imin. Namun, Cak Imin berkali-kali membantah, baik di dalam atau luar persidangan.

Saut melanjutkan bahwa pihaknya perlu hati-hati untuk mengusut keterlibatan pihak lain dalam kasus ini, termasuk Caki Imin yang disebut-sebut akan menerima uang Rp1,5 miliar itu.

"Karena sebut-menyebut nama yang makin fenomenal itu haru kami sikapi dengan kehati-hatian. Namun harus firm dan prudent tentunya," tutur Saut.

Menurut Saut, yang paling penting untuk KPK adalah hukum pembuktian atas perbuatan seseorang dalam suatu tindak pidana korupsi. Sehingga, kata dia pihaknya harus membuktikan ada peristiwa pidananya dalam kasus korupsi.

"Jadi harus bisa membuktikan bahwa ada peristiwa pidanya lebih dahulu, tidak hanya sebatas disebut kemudian reaktif," pungkasnya. (Pon)

Baca juga berita terkait di: Saut Situmorang: Waspadai Penipuan Berkedok KPK

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan