Jurus Jokowi Menggenjot Swasembada Beras
Senin, 23 Februari 2015 -
MerahPutih Nasional - Persoalan ketahanan pangan nasional rupanya menjadi cermin dari kekuatan serta kewibawaan suatu bangsa. Indonesia yang sudah menjadi negara berdaulat selama 7 dekade masih tertinggal dalam soal kedaulatan rakyat atas pangan. Sementara, negara tetangga yang belakangan resmi berdaulat dibanding Indonesia sudah jauh lebih mapan dalam soal mengenyangkan perut sekaligus dompet rakyat mereka.
Presiden Joko Widodo mengaku malu saat ditanya Presiden Vietnam terkait pembelian beras dari Vietnam. Menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia adalah negara paling luas di Asia Tenggara dan mempunyai beberapa provinsi yang bergelut dalam bidang pangan, khususnya beras. Berkaca dari realita itulah Jokowi berharap ke depan bangsa Indonesia tidak lagi mengimpor beras dan harus harus berdaulat dalam bidang pangan.
"Saya malu waktu ketemu Presiden Vietnam di ASEAN Summit ditanyakan, Presiden Jokowi kapan beli beras lagi dari Vietnam,” ujar Jokowi pada akhir Desember 2014 silam.
Kepala Negara menegaskan tidak ingin ada pertanyaan seperti itu lagi. Karena itu Presiden Jokowi memerintahkan Menteri Pertanian agar bisa mewujudkan swasembada pangan maksimal dalam waktu tiga tahun, termasuk beras. Ia menilai, Indonesia memiliki kemampuan untuk swasembada pangan.
Menurut Presiden, problem utama pertanian kita adalah rendahnya tingkat produksi. "Saya kalau ke daerah selalu tanya, 1 hektare panen berapa ton, jawabannya paling 4,5 ton sampai 6 ton. Enggak pernah 8 ton,” ungkap Jokowi geram.
Presiden menilai, salah satu persoalan rendahnya tingkat produksi pertanian itu adalah karena tidak ada insinyur yang mendampingi para petani di sawah. Karena itu, Presiden Jokowi meminta kepada Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, agar para insinyur pertanian tidak hanya berdiam diri di kantor. Para penyuluh pertanian harus banyak berada di lapangan. Merasakan panas dan keringat petani.
Berikut dua langkah dari pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla melalui Kementerian Pertanian untuk menggenjot swasembada pangan khususnya komoditas beras sebagai makanan pokok rakyat Indonesia. (mad)
Anggaran Pertanian Semakin Jumbo
Kementerian Pertanian (Kementan) kini dapat tersenyum lebar. Pasalnya, pemerintah pada anggaran 2015 mengguyur kementerian yang dipimpin Amran Sulaiman ini dengan anggaran yang fantastis, Rp32 triliun. Jauh dari pagu yang alokasi anggaran sebelumnya sebesar Rp15,4 triliun.
"Baru kali ini besar sekali, sampai Rp30 triliun lebih," ujar Kasubdit. Padi Irigasi Wasito Hadi pada merahputih.com ketika ditemui di kantor Ditjen Tanaman Pangan, Selasa (17/2).
Dana sebesar itu, kata Wasito, akan digunakan untuk perbaikan irigasi tersier. Sedangkan untuk irigasi primer dan sekunder ditangani Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Sebanyak 2,6 hektare yang dikerjakan Kementan yaitu irigasi tersier. Tersier itu yang langsung ke petak petani. Kalau sekunder dan primer ke PUPR," katanya.
Untuk mengawasi dana yang sebesar itu, kata Wasito, dalam pelaksanaannya digunakan sistem CLCP, yakni calon lokasi calon petani. Dalam sistem tersebut memudahkan pengawasan, karena dapat terpantau hingga titik koordinat yang akan diperbaiki.
"Misal 100 meter diperbaiki, tumpang tindih enggak bisa dicek. Untuk dapat ini ada survei. Pengawasan lain dari internal, ada Itjen, Bawasda," imbuh dia.
Untuk memperbaiki irigasi ini, lanjut Wasito, pihaknya juga melibatkan aparat TNI. "TNI, Babinsa diikutsertakan. Kami ada MoU Mentan dengan KSAD, Panglima TNI untuk mengawal UPSUS (upaya khusus) ini," tandasnya.
Diharapkan program perbaikan irigasi ini dapat menambah produksi padi gabah dari 70 juta ton per tahun menjadi sekitar 73 juta ton. Menurut Mentan Amran Sulaiman ada dua kunci kebijakan yang mendukung arah swasembada pangan yakni membenahi infrastruktur dan pelayanan kepada pemangku kepentingan pertanian. Hal itu dijabarkan dalam bentuk perbaikan besar-besaran irigasi pertanian, benih unggul, penyediaan pupuk, serta alat pertanian yang memadai termasuk di dalamnya meningkatkan mutu pelayanan dan penyuluhan kaum petani.
Layanan Penyuluhan Dipermudah
Pernahkah Anda mengalami kesulitan dalam menentukan kapan masa tanam, jenis varietas yang cocok untuk ditanam di daerah Anda serta pupuk apa yang sesuai? Kini kaum petani tak perlu mondar-mandir atau mengikuti birokrasi yang rumit.
Pasalnya, pusat penelitian dan pengembangan Kementerian Pertanian (Kementan) memiliki program Katam (Kalender Tanam). Program ini cukup mudah diakses. Melalui jaringan media sosial interaksi antara Kementan sebagai penyuluh dan pembina sektor pertanian dengan
kalangan petani semakin erat dan mudah diakses kapan saja.
Anda hanya cukup mengirimkan pesan layanan pendek atau Short Message Service (SMS) ke nomor 081235651111 maupun 082123456500 untuk menanyakan, kapan masa tanam, jenis pupuk dan varietas yang cocok sesuai daerah yang diinginkan.
"Ketik info katam (nama admistrasi/kecamatan), untuk kapan tanam. Kalau pupuk ketik info pupuk (padi/jagung/kedelai) (nama kecamatan), kalau varietas ketik info varietas (padi/jagung/ kedelai) (nama administrasi)," kata Kasubdit Padi Irigasi, Wasito Hadi kepada merahputih.com, di kantor Ditjen. Tanaman Pangan, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (17/1).
Warsito menejaskan, setelah petani mengirim SMS tersebut akan mendapat balasan dari Litbang Kementan. Tarif SMS standar normal. Program ini sebenarnya sudah berlangsung sejak dua tahun lalu.
"Kalau era Kelompencapir itu dulu (petani) mengikuti siaran radio, kalau sekarang sudah ada internet enggak perlu kumpul-kumpul lagi. Layanan ini termasuk info pasar," tukasnya.