Israel Lecehkan, Pukuli, Telanjangi Staf Medis WHO di Gaza
Kamis, 14 Desember 2023 -
MerahPutih.com - Israel telah membombardir Jalur Gaza dari udara dan darat, melakukan pengepungan dan meningkatkan serangan darat sebagai balasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober.
Akibatnya, sebanyak 18.142 warga Palestina terbunuh dan 50.100 lainnya terluka dalam serangan Israel. Sementara korban tewas Israel akibat serangan Hamas mencapai 1.200 orang, dan 139 sandera masih ditawan.
Baca Juga:
Di Kantor PBB, Menlu Retno Singgung Negara-Negara Barat Pendukung Israel
Selama serangan berlangsung warga Gaza mengalami kekurangan makanan, air, dan barang pokok lainnya karena hanya sebagian kecil bantuan yang boleh masuk.
Majelis Umum PBB pada Selasa memberikan suara mayoritas untuk menuntut gencatan senjata kemanusiaan di Gaza. Terdapat 153 suara mendukung, 10 menolak, dan 23 abstain.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengungkapkan para petugas medis di Jalur Gaza menghadapi tekanan dari Israel dalam menjalankan misi kemanusiaan di wilayah Palestina yang terkepung itu.
"Staf WHO melihat salah satu dari mereka (staf Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina/PRCS) diminta berlutut sembari ditodong senjata dan kemudian dibawa ke tempat tertutup. Di sana dia dilecehkan, dipukuli, ditelanjangi dan digeledah," kata WHO seperti diwartakan laman PBB.
Perwakilan WHO di wilayah pendudukan Palestina, Richard Peeperkorn, mengungkapkan petugas medis di Jalur Gaza menghadapi kendala dalam menjalankan misi karena tentara Israel menginspeksi staf medis di pos-pos pemeriksaan.
Dua staf PRCS, yang sedang dalam perjalanan ke Gaza utara, ditahan selama lebih dari satu jam oleh tentara Israel.
"Tidak boleh ada seorang pun petugas medis yang ditahan," kata Peeperkorn.
WHO mengungkapkan truk bantuan yang membawa pasokan medis dan salah satu ambulans yang membawa pasien dari Rumah Sakit Al-Ahli tertembak saat memasuki Kota Gaza dan dalam perjalanan kembali menuju Gaza selatan.
"Iring-iringan medis kembali dihentikan di pos pemeriksaan yang sama, di mana staf PRCS dan sebagian besar pasien diharuskan meninggalkan ambulans untuk pemeriksaan keamanan," sebut WHO.
WHO mengungkapkan pasien-pasien kritis yang masih berada dalam ambulans digeledah oleh tentara bersenjata.
Salah seorang dari dua staf PRCS yang ditahan sebelumnya dibawa untuk diinterogasi untuk kedua kalinya. hal ini membuat misi kemanusiaan dan penyaluran bantuan di Gaza berjalan sangat lambat.
"PRCS kemudian melaporkan bahwa selama proses pemindahan, salah satu pasien yang terluka meninggal dunia akibat lukanya tidak segera ditangani," tulis WHO.
Sementara itu, seorang staf PRCS yang sempat ditahan mengaku dipukuli dan dipermalukan, kemudian dibiarkan berjalan ke arah selatan dengan tangan terikat di belakang punggung, dan tanpa pakaian atau sepatu.
Sementara itu, relawan lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Farid Zanzabil Al Ayubi, akhirnya kembali ke tanah air Selasa (12/12) malam ..
"Alasan saya keluar itu karena keamanan," kata Farid dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (13/12).
Farid adalah salah satu dari tiga relawan MER-C yang bertugas di Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza selama Israel menyerang kantong Palestina tersebut. Dua lainnya, yakni Fikri Rofiul Haq dan Reza Aldilla Kurniawan, memilih tetap di Gaza guna melanjutkan kerja kemanusiaan di Gaza.
Farid berangkat dari bandara di Kairo pada Selasa sekitar pukul 8.30 waktu setempat dan tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, pada Selasa malam sekitar pukul 24.00 WIB.
Farid mengisahkan perjalanannya kembali ke tanah air, mulai dari ketika dia dan dua rekannya serta warga Gaza dievakuasi dari RS Indonesia di Gaza, sampai saat dia ditawari evakuasi ke Mesir.
Saat dievakuasi dari Jalur Gaza utara menuju Jalur Gaza selatan, Farid mengaku harus melewati pemeriksaan cukup sulit di pos pemeriksaan yang dijaga ketat oleh Israel.
Untungnya dia dan dua rekannya berhasil melewati pos pemeriksaan itu dan selanjutnya mencari tempat perlindungan di sekolah yang berada di belakang Rumah Sakit Eropa di Khan Yunis, Jalur Gaza selatan, bersama warga Gaza lainnya. (*)
Baca Juga:
Israel Mulai Banjiri Terowongan di Gaza dengan Air Laut