Ibu Muda Tak Perlu Selalu Mengikuti Saran Positif Ini dalam 'Parenting'

Senin, 13 Desember 2021 - Iftinavia Pradinantia

SETIAP orang tua pasti pernah mendapatkan nasihat yang tidak diminta tentang bagaimana membesarkan anak-anak mereka. Tetangga, keluarga, dan teman sangat ingin berbagi pengalaman dan pendapat "berharga" mereka tentang bagaimana orang tua dan anak harus berperilaku di masyarakat.

Namun, kebanyakan dari mereka lupa bahwa metode yang berhasil pada satu anak tidak berlaku untuk yang lain. Sebagai ibu muda, menurut laman Brightside kamu tak perlu mengikuti saran positif ini dalam parenting, misalnya:

Baca Juga:

Cara Tepat Menumbuhkan Semangat Belajar Anak di Tengah Pandemi

1. "Kalau anaknya tidur ikut tidur"

Anak tidur
Ikut tidur saat anak tidur? Mustahil! (Sumber: Pexels/Ketut Subiyanto)

Ada anak-anak yang tenang sehingga orang tuanya bisa mendampingi mereka main sembari melakukan pekerjaan rumah. Selain itu, anak-anak ini juga tetap bermain di tempat saat orang tuanya meninggalkan mereka dengan mainan atau buku. Sementara anak yang lain lebih sulit untuk duduk tenang dan siap berteriak lebih keras daripada sirene jika ibu mereka pergi sedetik saja.

Sikap mereka yang terlalu aktif membuat orang tuanya baru bisa melakukan aktivitas lain saat mereka sudah tidur. Orang tua dari anak yang aktif ini terpaksa mengorbankan istirahat mereka untuk mengepel lantai, memasak, dan menyapu saat anaknya tertidur.

2. “Ibu menyusui harus banyak makan”

makan banyak
Makan yang banyak ya! (Sumber: Pexels/Mikhail Nilov)

Banyak kerabat yang lebih tua bermaksud baik dengan menyarankan ibu menyusui untuk makan lebih banyak. Menurut mereka, makan lebih banyak membuat kandungan lemak pada ASI lebih tinggi dan itu bagus untuk bayi.

Namun di sisi lain, mereka juga akan nyinyir bahwa tubuh si ibu menyusui tampak berlemak dan tidak terawat. Harus ada keseimbangan dalam segala hal yang kita lakukan. Untuk itu makanlah sewajarnya. Lagipula sejumlah konselor menyusui sepakat bahwa berapa banyak makanan yang dikonsumsi ibu tidak akan memengaruhi kualitas dari air susu

3. "Ajari anak untuk berbagi"

Main
Ingin berbagi mainan atau tidak adalah hak si kecil. (Sumber: Pexels/cottonbro)

Orang dewasa sering meminta anak-anak untuk berbagi mainan mereka dengan teman sebayanya. Mereka tidak berpikir bahwa mereka telah melanggar batas-privasi sang anak. Padahal tidak ada orang tua atau kakek nenek yang mau sukarela berbagi benda berharga miliknya pada orang asing yang ditemui di jalan. Jika seorang anak tidak ingin berbagi mainan miliknya pada orang lain itu adalah hak mereka.

Baca Juga:

Dampak Kekerasan pada Anak dapat Menurunkan Fungsi Otak

4. "Anak laki-laki harus mengalah sama anak perempuan"

Anak laki laki
Konsep maskulinitas yang salah (Sumber: Pexels/Naomi Shi)

Sejak lahir, masyarakat mendikte orang tua untuk membesarkan anak laki-laki mereka sebagai calon pria: mereka tidak boleh menangis dan harus selalu menyerahkan kursi mereka (atau apa pun) kepada anak perempuan. Mungkin aturan ini akan berhasil jika pria dewasa itu sendiri yang mematuhinya.

Jangan justru sebaliknya. Memaksa anak-anak untuk berperilaku demikian sejak dini. Anak-anak akan kebingungan saat harus melakukan hal itu, sementara pria dewasa di sekitarnya berperilaku sangat berbeda.

5. "Kasih adik untuk anakmu supaya ada teman main"

Tambah anak
Tambah anak? Terima kasih deh! (Sumber: Pexels/Ketut Subiyanto)

Orang-orang di luar keluarga sering merasa bahwa mereka lebih tahu tentang apa yang harus dilakukan orang tua muda. Sangat mudah bagi teman dan tetangga untuk mengatakan hal-hal seperti, "Sudah waktunya di kasih adik nih," atau menganggap seorang ibu dan ayah harus melahirkan anak laki-laki atau perempuan. Tentu saja, hanya sedikit orang yang terburu-buru untuk mengikuti saran seperti itu. Satu hal yang pasti komentar semacam itu terdengar sangat mengganggu. (avia)

Baca Juga:

Anak Jadi Materialistis? Ketahui Cara Mencegahnya

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan